Bos Freeport: Perjanjian Jual Beli Saham dengan Inalum Ini Mengikat

27 September 2018 19:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO PT Freeport McMoran Inc, Richard Adkerson bersama Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin
Resya Firmansyah/kumparan (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
CEO PT Freeport McMoran Inc, Richard Adkerson bersama Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin Resya Firmansyah/kumparan (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sales Purchase Agreement (SPA) terkait divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI) hari ini telah ditandatangani PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dengan Freeport McMoRan Inc dan PT Rio Tinto Indonesia.
ADVERTISEMENT
Chief Executive Officer (CEO) Freeport McMoRan Inc, Richard C Adkerson, memastikan SPA yang ditandatangani pada hari ini merupakan perjanjian yang mengikat. Artinya 51 persen saham PTFI dipastikan jatuh ke pangkuan Inalum.
“Beberapa bulan yang lalu kami menandatangani perjanjian yang tidak mengikat, dan ini adalah langkah selanjutnya. Ini menyelesaikan negosiasi dan mengikat,” katanya di Ruang Sarulla, Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (27/9).
Pun dengan ditandatangani SPA ini, menurut dia, kesepakatan soal harga divestasi 51 persen saham ke Inalum sebesar USD 3,85 miliar, dan perjanjian konversi Participating Interest (PI) Rio Tinto menjadi saham, tidak akan berubah.
“Itu adalah kesepakatan yang rumit, dan kami senang bahwa kami mencapai titik ini. Orang-orang ini, di sini telah melakukan pekerjaan yang hebat,” papar Richard.
ADVERTISEMENT
Saat disinggung mengenai pihak yang akan mengendalikan operasi tambang emas di Papua nantinya, dia menjelaskan, hal itu akan ditentukan oleh manajemen PTFI setelah dikendalikan oleh Inalum dan Freeport McMoRan Inc.
CEO Freeport McMoRan Inc, Richard Adkerson. (Foto: Fanny Kusmuawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
CEO Freeport McMoRan Inc, Richard Adkerson. (Foto: Fanny Kusmuawardhani/kumparan)
“Kami semua memiliki perjanjian bahwa operasi akan berlanjut. Tapi bisnis ini membutuhkan pengalaman teknis dan kualikasi yang sangat signifikan,” jelasnya.
Dia pun berharap setelah Inalum menguasai 51 persen saham, operasi penambangan PTFI di Papua semakin stabil. Sebab dengan adanya penandatangan SPA ini, operasi dan stabilitas perusahaan di masa depan akan terjamin.
“Ini adalah situasi win-win. Ini bisnis yang besar, bisnis yang rumit, dan dapat menghasilkan produksi volume tinggi, itu akan menciptakan banyak nilai bagi Inalum, Freeport, rakyat Papua, para pekerja kami, dan pemerintah pusat,” kata Richard.
ADVERTISEMENT