news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bos Railink: Damri dan JA Connexion Bukan Pesaing Kereta Bandara

29 Desember 2017 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penumpang di dalam kereta Bandara (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penumpang di dalam kereta Bandara (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
PT Railink sebagai operator Kereta Bandara Soekarno-Hatta mengaku tidak khawatir dengan persaingan bisnis moda transportasi menuju Bandara Soetta. Selain Kereta Bandara, ada dua transportasi umum yang memiliki trayek ke Bandara Soetta yaitu Damri dan JA Connexion.
ADVERTISEMENT
"Kami rasa masing-masing punya pasar. Menurut kami itu, kita jalankan dulu sambil kita evaluasi," ungkap Direktur Utama Railink Heru Kuswanto kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (29/12).
Selain itu, Heru menilai masing-masing moda transportasi memiliki keunggulan. Misalnya Kereta Bandara Soetta yang dia klaim bebas macet dan tepat waktu meski harga tiket yang dipatok nantinya lebih mahal, yaitu Rp 70.000/penumpang.
Kereta Bandara Soekarno - Hatta (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kereta Bandara Soekarno - Hatta (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
"Insyaallah lebih pasti (tepat waktu tiba di tujuan)," ujarnya.
Heru menjelaskan makin banyaknya moda transportasi menuju ke Bandara Soetta disebabkan karena jumlah penumpang pesawat terbang tumbuh setiap tahunnya. Ini menjadi peluang bisnis bagi perusahaan untuk menyediakan layanan angkutan yang nyaman dan aman.
"Kehadiran kami hanya memperkaya alternatif transportasi publik bagi masyarakat, bukan untuk saling meniadakan angkutan publik karena Greater Jakarta yang sedemikian luas dan penumpang peswat di Cengkareng yang demikian besar tak akan bisa ditangkap atau dilayani oleh satu operator transportasi publik saja," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama juga diungkapkan Anggota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno. Menurut dia baik Kereta Bandara, Damri maupun JA Connexion memiliki pasar yang berbeda. Keberadaan ketiga moda transportasi ini justru saling melengkapi dan tidak mematikan satu sama lain.
"Enggak lah, tujuannya tidak sama. Mereka tentu punya pasar masing-masing, beda-beda," tegasnya.