Bos SKK Migas: Ketahanan Energi Tak Hanya Diukur dari Cadangan BBM

16 Januari 2019 20:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto berjalan memasuki Gedung KPK, Jakarta, Jumat (11/1/2019). (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto berjalan memasuki Gedung KPK, Jakarta, Jumat (11/1/2019). (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)
ADVERTISEMENT
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengomentari soal ketersediaan BBM di dalam negeri. Dia mempertanyakan bagaimana Indonesia bisa bertahan dengan pasokan BBM di Indonesia yang hanya cukup untuk 20 hari ke depan.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan dirinya dalam pidato kebangsaan di hadapan para simpatisannya di JCC, Senayan, pada Senin (14/1) malam. Pidato tersebut dilakukan menjelang debat Pilpres yang bakal berlangsung pada Kamis (17/1) mendatang.
Terkait hal ini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto menilai pernyataan Prabowo hanya didasarkan atas BBM yang tersimpan di storage milik PT Pertamina (Persero).
Tapi, kata dia, untuk menilai apakah Indonesia bisa bertahan atau tidak dengan ketersediaan BBM 20 hari, tidak bisa dilihat hanya dari satu variabel saja.
“Ada BBM (yang tersimpan), ada crude (minyak mentah). Dan crude itu sendiri produksinya secara rutin,” kata dia usai pemaparan kinerja SKK Migas 2018 di kantornya, Jakarta, Rabu (16/1).
Kilang Balongan milik PT Pertamina RU-VI, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kilang Balongan milik PT Pertamina RU-VI, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Istimewa)
Saat ini, produksi minyak mentah dalam negeri rata-rata sebesar 800 ribu barel per hari. Dan aktivitas penggenjotan migas dari dalam bumi terus berjalan setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Jadi, Dwi menganggap banyaknya sumur-sumur produksi migas dalam negeri menjadi penilaian yang harus dilihat Prabowo jika ingin memetakan ketersediaan atau ketahanan minyak dalam negeri.
Kata Dwi, alasan Indonesia hanya memiliki pasokan BBM 20 sampai 24 hari ke depan karena storage di Indonesia cukupnya segitu. Dulu, pernah diusulkan agar storage penyimpanan BBM diperluas jadi bisa menyimpan 1-3 bulan BBM, tapi butuh investasi besar.
Sementara investasi di sektor migas bukan hanya untuk itu saja. Ada banyak alokasi untuk investasi lain di sektor ini, tergantung prioritas.
Selain itu, kata dia, lokasi Singapura sebagai pengimpor BBM ke dalam negeri berdekatan dengan Indonesia.
“Jadi kita tidak melihat sesuatu yang tahu-tahu membuat dia stuck, enggak bisa produksi. Saya kira itu harus dipertimbangkan aspek Indonesia dengan aspek kemampuan tetangga kita (Singapura). Selama proses (produksi minyak mentah) kontinyu, saya kita tidak ada masaah,” kata Dwi.
ADVERTISEMENT