BPS Catat Neraca Perdagangan Kuartal I 2019 Defisit USD 190 Juta

15 April 2019 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers BPS soal inflasi di Maret 2019. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers BPS soal inflasi di Maret 2019. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada kuartal I 2019 mengalami defisit sebesar USD 190 juta. Capaian ini berbanding terbalik dari periode yang sama tahun 2018, saat neraca perdagangan mengalami surplus sebesar USD 314 juta.
ADVERTISEMENT
Sepanjang Januari-Maret 2019 kinerja ekspor Indonesia tercatat USD 40,51 miliar, turun 8,5 persen dari periode yang sama tahun lalu. Sedangkan kinerja impor tercatat USD 40,70 miliar, turun 7,4 persen dari periode yang sama di 2018.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, kondisi defisit di kuartal I 2019 disebabkan adanya defisit migas sebesar USD 1,34 miliar.
“Sepanjang Januari-Maret 2019 Indonesia mengalami defisit, tapi tidak besar. Hanya USD 190 juta disebabkan defisit sektor migas," ungkap Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Senin (15/4).
Suhariyanto menjelaskan defisit migas ini terdiri dari nilai minyak mentah yang mengalami defisit USD 811 juta dan hasil minyak yang defisit USD 2,86 miliar. Sedangkan nilai gas mengalami surplus USD 2,33 miliar. Di sisi lain untuk sektor nonmigas mengalami suprlus USD 1,15 miliar.
Sejumlah perkeja memantau proses bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Pada periode ini, perdagangan Indonesia mengalami defisit tertinggi dengan China mencapai USD 5,18 miliar, disusul Thailand sebesar USD 1,03 miliar, dan Australia sebesar USD 586 juta.
Sedangkan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) tercatat suprlus USD 2,21 miliar, dengan India surplus USD 1,86 miliar, serta dengan Belanda surplus USD 629 juta.
Suhariyanto pun berharap di kuartal selanjutnya, neraca perdagangan Indonesia bisa surplus. Apalagi selama ini pemerintah telah mengupayakan berbagai hal untuk menangani defisit.
"Pemerintah sudah buat berbagai kebijakan untuk memacu ekspor dan sebaliknya berupaya mengendalikan impor. Diharapkan implementasinya jauh lebih efektif sehingga memberi pengaruh baik," tandasnya.