Budi Daya Udang Vaname Sekali Panen Raup Untung Rp 42 Juta

20 Agustus 2018 14:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Udang Vaname (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Udang Vaname (Foto: Wikipedia)
ADVERTISEMENT
Budi daya Udang Vaname dinilai memiliki potensi pasar yang cukup besar di Indonesia. Hal tersebut didukung dengan kondisi geografis Indonesia yang strategis dan cuaca di Indonesia yang mendukung untuk berbisnis Udang Vaname.
ADVERTISEMENT
Udang Vaname merupakan jenis udang introduksi dari Amerika Selatan yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
Salah satu contoh kawasan yang saat ini sedang dicanangkan pemerintah untuk dikembangkan sebagai lokasi budi daya perikanan Udang Vaname adalah Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat. Dari total lahan seluas 13.549 hektare (ha) yang dikelola, baru sekitar 5.574 hektare yang dimanfaatkan untuk produksi tambak.
Berdasarkan kajian tambak yang dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda), Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat. Setiap 1 hektare lahan mampu meraup keuntungan bersih Rp 42,2 juta.
"Tiap tiga bulan bisa panen, (laba) Rp 42 juta," ucap Arik Hari Wibowo, Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan dari Direktorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ditemui di Gedung Sindo, Jakarta Pusat, Senin (20/8).
ADVERTISEMENT
Udang Vaname (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Udang Vaname (Foto: Pixabay)
Sementara itu, investasi yang diperlukan untuk memulai bisnis budi daya Udang Vaname sekitar Rp 65,4 juta yang terbagi dari biaya konstruksi tambak, biaya operasional, biaya pupuk, pakan obat dan kapur.
Bupati Pasangkayu, Sulawesi Barat Agus Ambo Djiwo mengatakan, dalam penjelasannya terdapat dua skema pembagian hasil. Pertama pola tradisional dengan sistem pembagian atau kemitraan dengan para petani tambak sebesar 80:20 keuntungan.
"Artinya hasil 80 persen (keuntungan) untuk investor, lalu 20 persen untuk para petani," tambahnya.
Sementara untuk skema bagi hasil yang kedua yakni skema mandiri. Dalam skema mandiri seorang investor memiliki hak secara penuh terhadap kepemilikan tanah.
"Kepemilikan di sana masih murah Rp 50 juta per hektare tergantung mau pilih (skema) mana," jelasnya.
ADVERTISEMENT