Bukan Membaik, Perang Dagang Memburuk Pasca-perundingan AS - China

2 Agustus 2019 9:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping (kanan) pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping (kanan) pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perundingan lanjutan antara Amerika Serikat (AS) dan China, sedianya dimaksudkan untuk meredakan perang dagang di antara dua kekuatan ekonomi dunia itu. Tapi pertemuan yang berlangsung Selasa (30/7) di Fairmont Peace Hotel, Shanghai, China, berujung pada kebuntuan.
ADVERTISEMENT
Bukannya membaik, perang dagang AS - China pasca-perundingan itu justru makin memburuk. Hal ini ditandai dengan pernyataan Presiden AS, Donald Trump, yang menyatakan akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 10 persen, terhadap barang-barang impor asal China senilai USD 300 miliar.
Pernyataan tak terduga itu, dicuitkan Trump pada Kamis (1/8) malam, waktu AS.
Rencananya tarif baru tersebut akan diberlakukan Trump pada 1 September mendatang. Adapun saat ini sekitar USD 250 miliar barang impor dari China telah dikenakan tarif 25 persen.
Dilansir Reuters, Jumat (2/8), imbas dari cuitan Trump tersebut, indeks utama saham AS bahkan langsung anjlok setelah mencatatkan rekor tertinggi. Imbal hasil obligasi atau US Treasury tenor sepuluh tahun juga turun ke level terendahnya sejak 2016.
ADVERTISEMENT
Sejumlah ekonom dan analis global juga memberikan tanggapannya mengenai rencana tarif baru bagi impor China tersebut.
Kepala Strategi Pasar Penanaman Modal Investasi di Merrill Lynch, Joseph Quinlan, mengatakan bahwa eskalasi perang dagang kembali terjadi. Tentunya langkah Trump tersebut akan meningkatkan ketidakpastian global.
“Masalah terbesar bagi investor untuk disadari adalah ini sistemik, dan akan menjadi masalah berkelanjutan antara AS dan China. Ini menciptakan lebih banyak ketidakpastian," katanya.
Ilustrasi bendera Amerika Serikat dan China. Foto: Reuters/Damir Sagolj
Manajer Strategi Trader Ameritrade Jersey, AS, Shawn Cruz, menuturkan bahwa langkah Trump yang tiba-tiba tersebut sebenarnya bukanlah hal yang baru. Namun pemotongan suku bunga The Fed 25 basis poin (bps) akhir bulan lalu cukup membuat pasar tenang.
"Pemotongan suku bunga membantu membuat pasar sedikit lebih tahan terhadap aksi jual," kata dia.
ADVERTISEMENT
Kepala Investasi Keuangan Albion, AS, Jason Ware, melihat adanya kemungkinan penurunan suku bunga acuan lagi di tahun ini
“Ini lucu karena kami melihat kemungkinan penurunan suku bunga lagi, karena ada potensi pengenaan tarif pada tanggal 1 September," kata Ware.
Namun dia juga meminta The Fed untuk kembali memperhatikan kondisi ekonomi terkini, termasuk rencana pengenaan tarif 10 persen impor China.
"Tetapi bagaimana The Fed menafsirkan potensi risiko penurunan ekonomi karena perdagangan tidak semakin baik, pada kenyataannya, semakin buruk tentu patut diperhatikan," tambahnya.