Bunga KPR Berpotensi Naik di 2019, Bisnis Properti Akan Tetap Tumbuh

6 Desember 2018 14:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi properti (Foto: Ari Bowo Sucipto/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi properti (Foto: Ari Bowo Sucipto/Antara)
ADVERTISEMENT
Tren kenaikan suku bunga acuan diprediksi masih akan berlanjut hingga 2019 mendatang, sehingga bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pun diprediksi akan naik. Tapi hal itu diyakini tak akan menghambat pertumbuhan bisnis properti.
ADVERTISEMENT
Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menilai, KPR masih menjadi andalan warga untuk bisa memiliki rumah. Sehingga dia yakin kenaikan suku bunga tak akan membuat bisnis properti menjadi lesu.
"Tantangan ke depan adalah lebih kepada suku bunga KPR yang kemungkinan naik pada 2019. Tapi perkembangan properti diperkirakan terus naik tahun depan," kata Andry Asmoro dalam peluncuran Rumah.com Property Outlook 2019 di Jakarta, Kamis (6/12).
Hal tersebut dapat terindikasi antara lain dari masih banyaknya promo dari perbankan terkait KPR maupun Kredit Pemilikan Apartemen. "Jadi memang KPR masih kencang untuk pembiayaan rumah sehingga juga tetap akan menarik bagi perbankan ke depannya," ujarnya seperti dikutip dari Antara.
Sementara itu Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan menyatakan, harga dan pasokan properti, terutama untuk sektor residensial, diperkirakan akan meningkat pada tahun 2019. Dia memprediksi bahwa permintaan pasar pada tahun depan akan tetap stabil, sedangkan permintaan untuk properti kelas menengah atas bakal meningkat.
Pekerja mencampur semen di sebuah proyek perumahan di lingkungan Tajur Halang, Jakarta, (16/07). (Foto: REUTERS / Willy Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja mencampur semen di sebuah proyek perumahan di lingkungan Tajur Halang, Jakarta, (16/07). (Foto: REUTERS / Willy Kurniawan)
"Pemerintah meningkatkan anggaran infrastruktur sebesar 6 persen dari tahun sebelumnya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Sejumlah kebijakan pemerintah lainnya seperti pelonggaran 'loan to value' (LTV), serta program Sejuta Rumah membantu memudahkan masyarakat, terutama kelas menengah dan bawah untuk memiliki hunian," tambah Ike.
ADVERTISEMENT
Pembicara lainnya, Ketua Umum DPP Himpunan Pengembang Pemukiman dan Perumahan (Himperra) Endang Kawidjadja menyatakan, penjualan rumah subsidi di berbagai tempat dinilai tidak goyah dengan volatilitas kondisi ekonomi.
Menurut Endang, salah satu penjelasan kenapa rumah subsidi atau tempat tinggal untuk menengah-bawah tidak goyah antara lain karena adanya "trickling effect".
Hal yang dimaksud dengan itu adalah adanya efek semakin mahalnya harga properti mewah sehingga membuat kalangan yang mampu juga lebih memilih untuk membeli rumah yang lebih murah seperti rumah subsidi.