Buwas Bongkar 3 Kejahatan dalam Penyaluran Bansos Pangan

24 September 2019 8:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budi Waseso di DPR Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Budi Waseso di DPR Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas), mengungkap kejahatan-kejahatan dalam proses penyaluran Bantuan Pangan Nontunai (BPNT).
ADVERTISEMENT
Menurut Buwas, salah satu yang melakukan penipuan ini adalah para penyalur. Mereka bahkan mendapat untung sekitar Rp 9 miliar per bulan.
“Jadi kalau setiap bulan ini dari hitungan rata-rata penyalur Rp 9 miliar lebih semua penyalur itu di seluruh daerah,” tegas Buwas saat ditemui di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Senin (23/9).
Lebih lanjut Buwas mengatakan, dari total kejahatan atau bentuk penipuan yang dilakukan, sekitar Rp 5 triliun anggaran BPNT diselewengkan. Di tahun 2019 sendiri, alokasi dana untuk penyaluran BPNT disebut mencapai Rp 20,8 triliun.
“Jadi kurang lebih yang disimpangkan tiap tahun itu mencapai Rp 5 triliun lebih. Hampir sepertiganya itu disimpan (oleh oknum),” tambahnya.
Berikut hal-hal mengenai penyelewengan penyaluran BPNT menurut Buwas yang dirangkum kumparan:
ADVERTISEMENT
1. Kualitas Beras Diturunkan
Budi Waseso mengungkapkan bahwa banyak penerima BPNT yang diancam untuk menerima beras dengan kualitas buruk. Jika menolak, maka mereka akan dicoret dari daftar penerima BPNT.
"Ditekan saudara-saudara kita yang menerima BPNT. Kita jelas ada video, ada rekamannya,” tegas Buwas dengan nada tinggi saat ditemui di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Senin (23/9).
Sejumlah pekerja melakukan pengemasan beras untuk Rakyat Sejahtera (Rastra). Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Dia juga menyampaikan bahwa modus yang sering digunakan adalah penipuan kualitas beras. Penyalur disebut membeli karung beras palsu dengan berbagai merek.
“Ini karung beras kita sudah temukan dimana saja yang dijual. Banyak di toko online. Harganya juga cuma Rp 1.000 per karung, lalu mereka isi berasnya dengan beras lain,” imbuhnya.
Lalu, penyalur akan menjual beras tadi dengan harga premium ke penerima BPNT. Dengan kata lain, warga kurang mampu yang menerima itu ditipu baik dari sisi kualitas maupun harga. Dengan begitu, penyalur BPNT akan memperoleh lebih banyak keuntungan.
ADVERTISEMENT
2. Banyak Penyalur Abal-abal
Buwas menjelaskan bahwa modus lain yang dipakai yakni banyak ditemukan e-warong atau mitra penyalur BPNT tak terdaftar. Dia menyebut e-warong ini tiba-tiba muncul saat ada penyaluran BPNT.
“Belum lagi ada e-warong siluman. Tambal ban saja bisa jadi e warong. Dia tambal ban yang melayani bagian BPNT tadi. Ada kios-kios siluman yang buka saat penyaluran BPNT saja,” tambahnya dengan nada geram.
Dirut Bulog, Budi Waseso, konferensi pers soal temuan penipuan dalam penyaluran BPNT di Kantor pusat Bulog. Foto: Elsa Olivia Karina L Toruan
Dia menyebut, sudah menemukan sekitar 300 e-warong siluman. Mereka diketahui telah bekerja sama dengan supplier tadi. Tak hanya itu, keluarga penerima manfaat (KPM) tadi juga dipaksa menerima paket sembako yang tak jelas isinya. Padahal, banyak KPM yang lebih membutuhkan bahan pangan tertentu seperti beras dan telur.
ADVERTISEMENT
“Mereka enggak butuh kayak teh itu, tapi dikasih yang macam-macam. Mereka butuhnya beras malah dikasih paket tidak jelas itu,” tutupnya.
3. Penyaluran Beras Bulog Dihambat
Hingga September 2019, Perum Bulog disebut baru menyalurkan sebanyak 30 ribu ton beras ke Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Sampai akhir tahun ini, Bulog diprediksi hanya bisa menyalurkan sebanyak 100 ribu ton saja.
“Kita data terbaru penyaluran sudah 30 ribu ton sampai September. Kalau dengan kondisi sekarang, kami hanya salurkan enggak lebih dari 100 ribu ton,” ungkap Buwas, saat ditemui di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Senin (23/9).
Padahal, penyaluran beras Bulog ke BPNT di 2019 ditargetkan sebanyak 700 ribu ton. Buwas mengaku tak mampu mengejar target penyaluran ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasannya adalah karena banyak pihak yang tak suka Bulog masuk ke BPNT. Dia menyebut, pihak-pihak ini menggunakan banyak cara agar penyaluran beras Bulog terhambat. Mulai dari penipuan kualitas beras hingga keluarga penerima manfaat (KPM) yang dipaksa menerima beras kualitas jelek.
Dengan diungkapnya kasus kejahatan dalam penyaluran BPNT ini, Budi Waseso mengaku bisa menyalurkan maksimal 150 ribu ton hingga akhir tahun. Dia menyebut akan bekerja sama dengan satgas pangan untuk mengungkap kejahatan ini.