Buwas Tolak Beli Gula Petani di Atas Rp 9.700 per Kg: Itu Ngawur

31 Juli 2018 17:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Merebus Gula (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Merebus Gula (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Perum Bulog sudah ditunjuk pemerintah untuk membeli gula milik petani dengan harga Rp 9.700 per kg. Harga tersebut dinilai sudah ideal dan menguntungkan bagi petani maupun Bulog.
ADVERTISEMENT
"Coba di pasar berapa memang? orang hanya Rp 9.100 yang impor saja lah ya sudah bagus. Itu (gula petani) sendiri dari Rp 9.700 sudah sama PPh, PPh tanggung jawab kita gimana? Cobalah dipikir yang wajar jangan semau-maunya," tegas Direktur Utama Bulog Budi Waseso saat ditemui di Gedung Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (31/7).
Pria yang akrab disapa Buwas tersebut menegaskan Bulog tidak menginginkan petani sengsara. Menurutnya, harga beli gula Bulog sebesar Rp 9.700 per kg sudah sesuai dengan biaya pokok produksi (BPP) yang dikeluarkan petani.
Dirut Bulog Budi Waseso (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirut Bulog Budi Waseso (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
"Ya jelas dong kita ini kan bukan untung dan rugi, kita ini kan untuk kestabilan harga, ketersediaan barang, kita juga harus berpihak kepada petani," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Dia juga marah besar ketika ada kabar para petani menolak dan menginginkan Bulog membeli dengan harga di atas Rp 10.000 per kg. Buwas menegaskan usulan tersebut ngawur alias tidak masuk akal.
"Itu ngawur, (hitungannya) dari mana? suruh dia yang beli tuh ngawur aja. Enggak pakai otak ngomongnya itu," ucap Buwas bernada tinggi.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen saat dihubungi kumparan mengaku keberatan dengan besaran harga beli gula petani oleh Bulog sebesar Rp 9.700 per kg. Soemitro bilang BPP gula saat ini sebesar Rp 10.900 per kg. Harusnya harga beli gula petani sudah di atas Rp 11.000 per kg.
"Ini mau menghancurkan industri gula dan mau membangun rezim gula impor," sebut Soemitro. 
ADVERTISEMENT