Cadangan Devisa Diprediksi Tembus USD 120 Miliar di Akhir Tahun Ini
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ekonom PT Bank Maybank Indonesia Tbk Myrdal Gunarto memproyeksi, kenaikan cadev di bulan lalu bukanlah puncaknya. Sebab dia memprediksi, cadev di bulan ini akan mencapai USD 120 miliar.
"Belum peak (puncaknya). Desember ini akan naik lagi menjadi USD 120 miliar," ujar Myrdal kepada kumparan, Sabtu (8/12).
Menurut dia, meningkatnya cadev lantaran selama beberapa periode terakhir ini rupiah mulai menguat. Apalagi pada awal Desember ini pemerintah juga menerbitkan surat utang berdenominasi dolar AS atau global bond senilai USD 3 miliar untuk mendanai anggaran negara 2019 lebih awal atau pre-funding.
"Apalagi pemerintah pada akhir tahun ini akan menerbitkan global bond," katanya.
Myrdal memperkirakan, kenaikan cadangan devisa juga dipicu oleh arus masuk dana asing ke pasar keuangan domestik seiring tekanan eksternal yang mereda. Pemicu lainnya yakni penurunan harga minyak dan penguatan rupiah yang memperbaiki neraca perdagangan.
ADVERTISEMENT
"Itu dipicu oleh arus dana yang mengalir ke pasar keuangan domestik seiring tekanan eksternal yang mereda," jelasnya.
Sementara itu Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan, masih ada potensi kenaikan cadev di bulan ini. Hal ini lantaran sentimen AS-China yang mulai mereda, meskipun masih berfluktuasi atau volatile.
Dia berharap, cadev selama Desember bisa mengalami peningkatan menjadi USD 119 miliar. "Masih ada potensi kenaikan," katanya.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah memproyeksi, kenaikan cadev selama bulan lalu merupakan puncaknya. Sebab, tak ada lagi sumber pembiayaan untuk meningkatkan cadev.
"Saya kira itu sudah peak. Karena Desember tidak akan ada penjualan SUN global. Sumber utama cadev adalah utang luar negeri pemerintah. Desember saya perkirakan cadev akan kembali turun," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Posisi tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 hingga 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi tersebut masih berada di atas kecukupan standar internasional yang sebesar 3 bulan impor.