Cara RI Jinakkan Ancaman Duterte: Barter Kopi Instan dengan Pisang

5 April 2019 19:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rodrigo Duterte Foto: REUTERS/Erik De Castroe
zoom-in-whitePerbesar
Rodrigo Duterte Foto: REUTERS/Erik De Castroe
ADVERTISEMENT
Di bulan Agustus 2018 lalu, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengumumkan ancaman perang dagang kepada Indonesia. Ancaman ini terwujud dalam special safe guard duty (SSG) terhadap produk olahan kopi dan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) yang diekspor Indonesia ke Filipina.
ADVERTISEMENT
Pemerintah tak tinggal diam, berulang kali menggelar pertemuan bilateral dan lobi untuk meredakan ancaman perang dagang. Puncaknya, pada Senin (5/4) lalu, Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita menyambangi Menteri Perdagangan dan Industri Filipina, Ramon M. Lopez, dan Menteri Pertanian Filipina Emmanuel Pinol di Manila, Filipina.
Enggar menyebut telah melunakkan Filipina agar mencabut ancaman perang dagang. Berbagai syarat pun diajukan Filipina, salah satunya membebaskan bea masuk ekspor pisang cavendish mereka ke Indonesia.
Sebagai gantinya, Duterte berjanji akan mencabut SSG yang diterapkan pada kopi saset dan CPO Indonesia. Pemerintah juga sepakat mengeluarkan pengakuan beberapa wilayah di Filipina sebagai area bebas hama untuk pisang. Indonesia juga telah merevisi ketentuan mengenai registrasi laboratorium penguji keamanan pangan segar asal tumbuhan Filipina.
Pisang Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Atas kebijakan ini, pisang cavendish Filipina akan membanjiri pasar lokal. Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak pada petani pisang lokal Indonesia. Sebab, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Kementerian Pertanian Yasid Taufik menyampaikan selama ini produksi pisang cavendish dalam negeri mampu dipenuhi dari produksi sendiri.
ADVERTISEMENT
"Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi untuk pisang nasional tanpa pembedahan varietas di tahun 2017 itu ada sebanyak 7,16 juta ton. Perkiraan produksi pisang cavendish kita sekitar 9 persen atau setara 644.641 ton," katanya kepada kumparan, Jumat (5/4).
Karenanya, Government Relations and External Affair Director Great Giant Pineapple-perusahaan penghasil produk hortikultura termasuk pisang cavendish, Welly Soegiono, mengaku pesimistis pisang lokal akan mampu bersaing dengan pisang cavendish asal Filipina.
"Karena pisang produksi para petani pasti tidak bisa bersaing dalam hal kualitas, harga, maupun konsistensi produksi. Apakah kita mau memperpanjang jumlah buah nusantara yang terpuruk dan tidak bisa bersaing di negeri sendiri?" tambahnya.
Welly mengaku kecewa atas kebijakan pemerintah yang mengalah terhadap Duterte dengan membuka keran impor pisang dari Filipina. Sebab, selama ini produk-produk hortikultura Indonesia yang diekspor selalu bersaing ketat dengan produk Filipina.
ADVERTISEMENT