news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Catatan KTT G20 Sri Mulyani: Belajar dari Krisis Ekonomi Dunia

2 Desember 2018 17:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sri Mulyani (Foto: REUTERS/Darren Whiteside)
zoom-in-whitePerbesar
Sri Mulyani (Foto: REUTERS/Darren Whiteside)
ADVERTISEMENT
Pertemuan KTT G20 di Buenos Aires, Argentina, baru saja usai. Kehadiran Indonesia di forum perekonomian dunia yang dibentuk sejak 10 tahun lalu itu, diwakili oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, hadir lebih dulu di acara tersebut.
ADVERTISEMENT
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, membuat catatan reflektif soal KTT G20, yang dibentuk sebagai respons atas krisis ekonomi global 2008 yang nyaris meruntuhkan dunia. Tapi menurutnya, semangat kebersamaan yang terasa kuat 10 tahun silam, kini pudar dalam pertemuan di Buenos Aires.
Berikut catatan Sri Mulyani, yang kumparan kutip secara lengkap dari akun facebooknya:
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (tengah) memaparkan strategi Indonesia menarik investor di Forum G20 di Buenos Aires, Argentina. (Foto: Dok. Kemenkeu)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (tengah) memaparkan strategi Indonesia menarik investor di Forum G20 di Buenos Aires, Argentina. (Foto: Dok. Kemenkeu)
Pertemuan G20 tingkat pimpinan negara (leaders) di Argentina hari ini sangat menentukan arah ekonomi dan tata kelola global. Mengapa?
Tahun 2018 adalah sepuluh tahun sejak G20 Leaders dibentuk pada tahun 2008, di tengah situasi krisis ekonomi Amerika Serikat dengan bangkrutnya Lehman Brothers dan perusahaan asuransi dunia AIG, yang memicu kepanikan dan krisis keuangan seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Sebagai Menteri Keuangan pada masa itu, saya melihat jatuhnya perekonomian Amerika Serikat menjalar ke Eropa yang menimbulkan kepanikan global. Semua negara di dunia berupaya melindungi perekonomiannya, melalui berbagai kebijakan yang tidak biasa (luar biasa). Bank Sentral Amerika Serikat (Fed) menurunkan suku bunga secara drastis dari di atas 5 persen menjadi mendekati nol persen, dan masih ditambah dengan quantitative easing - injeksi likuiditas melalui pembelian surat berharga.
Pemerintah Amerika melakukan talangan (bail out) ke sektor ritel. Dari perusahaan mobil hingga properti dengan pembelian aset macet dan surat berharga. Inggris dan European Union melakukan hal yang sama, yaitu melakukan penalangan bank yang gagal untuk menghentikan kepanikan publik dan menginjeksi sektor riil dengan ekspansi fiskal.
ADVERTISEMENT
Seluruh negara di dunia mengalami akibat krisis tersebut. Saya ingat semua negara Asean, Australia dan Selandia Baru melakukan kebijakan blanket guarantee dengan menjamin penuh sektor perbankan untuk meredakan kepanikan dan ketidakpastian.
Dalam situasi kepanikan global, Menteri Keuangan Amerika Serikat menelpon Menkeu negara-negara anggota G20, untuk membentuk forum G20 Leaders- tingkat pimpinan negara. Dan mengundang para pimpinan negara untuk bertemu dalam rangka menyelamatkan ekonomi dunia yang mendekati kehancuran.
Pertemuan pertama G20 Leaders 2008 di Washington DC, Amerika Serikat dan pertemuan kedua 2009 di London, Inggris, para pemimpin dunia bersepakat untuk bersama-sama menyelamatkan ekonomi dunia dari kehancuran dengan kebijakan moneter, fiskal dan mendorong sektor riil untuk mengembalikan stabilitas dan kembali mendorong pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Fokus lain yang sangat penting adalah melakukan reformasi regulasi dan kebijakan sektor perbankan dan keuangan untuk menghindarkan krisis keuangan kembali terjadi.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mendampingi Wakil Presiden RI Jusuf Kalla pada KTT G20 di Buenos Aires, Argentina. (Foto: Dok. Rudiantara)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mendampingi Wakil Presiden RI Jusuf Kalla pada KTT G20 di Buenos Aires, Argentina. (Foto: Dok. Rudiantara)
Pada tahun 2008, semua pemimpin negara G20 kompak sepakat menyelamatkan ekonomi dunia, dengan kebijakan ekonomi satu arah dan saling mendukung. Karena mereka percaya bahwa ekonomi global harus dijaga bersama.
Sebagai Menkeu saat terjadinya krisis ekonomi dunia, Indonesia juga melakukan berbagai langkah startegis di bidang perbankan dan kebijakan fiskal yang supportif untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia untuk tidak terkena imbas negatif keguncangan ekonomi global.
Alhamdulillah, Indonesia dapat melalui situasi kritis itu dengan selamat dan termasuk dalam kategori sebagian kecil dari negara emerging yang masih memiliki pertumbuhan relatif tinggi dan stabilitas sektor keuangan tetap terjaga.
ADVERTISEMENT
Sepuluh tahun berlalu, pertemuan G20 di Buenos Aires, Argentina, berada dalam suasana yang berbeda. Kekompakan, kebersamaan dan kesepakatan bersama sepuluh tahun yang lalu seperti menguap. Selain pemulihan ekonomi masih belum merata, kebijakan ekonomi antara negara semakin tidak sinkron dan tidak searah.
Bahkan ketegangan terjadi akibat kebijakan konfrontasi perdagangan, normalisasi kebijakan moneter, dan kenaikan suku bunga the Fed yang tidak disukai oleh Presiden Trump dan menimbulkan arus modal keluar dan gejolak nilai tukar di negara emerging. Harga komoditas terutama minyak bumi yang naik turun seperti roller coaster, dan persaingan kebijakan pajak yang berlomba saling menurunkan (race to the bottom).
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (kedua dari kiri) memaparkan strategi Indonesia menarik investor di Forum G20. (Foto: Dok. Kemenkeu)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (kedua dari kiri) memaparkan strategi Indonesia menarik investor di Forum G20. (Foto: Dok. Kemenkeu)
Ada kemajuan penting dicapai melalui forum G20. Reformasi regulasi sektor keuangan dan perbankan sudah dilakukan, yang diharapkan dapat mencegah terjadinya pemupukan risiko berlebihan di sektor keuangan.
ADVERTISEMENT
Selain itu ada kemajuan penting dalam kerjasama perpajakan antara negara dengan kerjasama memerangi penghindaran pajak melalui Base Erosion Profit Shifting (BEPS) dan Automatic Exchange of Information (AEOI), serta perpajakan ekonomi digital.
Indonesia memanfaatkan kerjasama ini untuk meningkatkan kepatuhan pajak dan meningkatkan basis pajak terutama pada kelompok high wealth yang selama ini mudah memanfaatkan tax haven dan kelonggaran regulasi antar negara.
Namun banyak tantangan belum terjawab dan risiko besar masih melingkupi dan membayangi perekonomian dunia. Lonjakan utang di berbagai negara maju dan negara berkembang, juga kenaikan utang korporasi menimbulkan beban dan risiko ekonomi yang nyata.
Alhamdulillah, Indonesia memiliki tingkat dan rasio utang yang rendah dan terjaga. Kita harus terus menjaga kehati-hatian dalam kebijakan fiskal dan memperdalam sektor keuangan untuk menjaga stabilitas dan menghindari gejolak global.
ADVERTISEMENT
Perang dagang antara negara melahirkan keinginan G20 untuk melakukan reformasi multilateral World Trade Organization (WTO).
Indonesia harus menyiapkan materi dan posisi yang jelas dan negosiator yang unggul dalam menghadapi era perang dagang bilateral dan melemahnya mekanisme solusi multilateral yang makin kompleks.
Para pemimpin negara saat berfoto di KTT G20 Argentina. (Foto: Dok Setwapres)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemimpin negara saat berfoto di KTT G20 Argentina. (Foto: Dok Setwapres)
Selain itu ancaman dan peluang digital ekonomi terhadap kesempatan dan jenis kerja di masa depan terus menjadi perhatian G20, selain implikasinya terhadap kebijakan kenetagakerjaan, jaring pengaman sosial, dan perpajakan.
Dunia akan semakin komplek dan globalisasi serta kemajuan teknologi akan memberikan banyak kesempatan untuk maju dan mengejar ketertinggalan. Namun pada sisi lain juga menyajikan kerumitan dalam mengelola perekonomian dan sosial suatu negara. Indonesia harus makin keras dan cerdas dalam membangun perekonomian kita.
ADVERTISEMENT
Fokus Presiden Jokowi untuk membangun kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur adalah benar. Yaitu untuk pemerataan dan peningkatan produktivitas dan daya kompetisi negara kita. Indonesia tetap perlu membangun kapasitas anak-anak bangsa dalam memahami dan menghadapi globalisasi ekonomi, perubahan teknologi, dan dinamika geo-politik yang makin rumit dan menantang.
Ini tantangan yang harus dihadapi dan dijawab oleh generasi milenial kita. Apakah Anda semua bersedia menjawab tantangan ini?
Buenos Aires, November 2018