Cerita Nurhayati, Penjual Gado-gado yang Pakai Gas Bumi PGN

27 Februari 2019 17:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nurhayati Asah, Pengguna jargas PGN. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Nurhayati Asah, Pengguna jargas PGN. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Rumah Nurhayati Asah di Komplek Perumahan Puri Nirwana 3, Cibinong, Bogor ramai dikunjungi orang pada Rabu (27/2) siang tadi. Mulai dari pejabat daerah, direksi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), hingga Menteri ESDM Ignasius Jonan datang ke sana untuk melihat dirinya memasak menggunakan gas bumi yang baru saja dialirkan ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
Ibu berusia 58 tahun ini mengaku sejak 2 minggu lalu sudah memasak menggunakan gas bumi yang dialirkan PGN. Kata dia, api yang muncul dari kompornya lebih biru, masakan pun jadi lebih cepat matang dibandingkan menggunakan LPG.
Sebelumnya, selama 10 tahun berjualan gado-gado di depan rumahnya, dia selalu memasak menggunakan LPG. Kini, dengan meteran gas yang terpasang di halaman rumahnya, dia bisa memasak tanpa khawatir kehabisan gas.
"Saya sudah 10 tahun jualan gado-gado di rumah, sejak 2008. Sebelum ada gas bumi, pakai LPG. Sekarang masak pakai ini (gas bumi) api lebih biru dan kencang, jadi tadinya masuk 30 menit, sekarang 20 menit sudah matang," kata dia saat ditemui kumparan di rumahnya sambil membuat gado-gado.
Meteran gas bumi PGN di rumah Nurhayati Asah di Puri Nirwana, Cibinong, Bogor. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebelum berlangganan gas bumi PGN, Nurhayati mesti membeli 8 tabung LPG dalam sebulan. Itu artinya, dia perlu mengeluarkan biaya sekitar Rp 144 ribu sebulan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar.
Dengan memakai gas bumi dari jargas PGN ini, menurut hitung-hitungannya bisa hemat 30 persen ketimbang pakai LPG.
"Di sini kan dialirinya baru 2 minggu lalu. Tapi hematnya kira-kira bisa sampai 30 persen, mungkin bisa lebih tergantung pemakaian. Kalau saya kan buat jualan juga. Ada juga adik saya di Tajur, jualan di ruko, pakai jargas udah 10 tahun, biaya per bulannya cuma Rp 98 ribu," kata dia.
Tak hanya murah, Nurhayati juga mengaku kehadiran jargas ini sangat memudahkan dirinya dan suami dalam berjualan karena tak harus menggotong-gotong LPG dari agen ke rumahnya. Pernah ada kejadian, saat melayani pembeli malam hari, LPG di rumahnya habis. Dia pun kelimpungan.
ADVERTISEMENT
Belum lagi, dia juga kerap kesulitan memasang karet pengaman pada tabung LPG. Jika karetnya susah dipasang, gas di tabung tidak mengalir ke kompor. Sementara dengan kehadiran jargas ini, dia dan suami tidak perlu lagi bingung karena hal itu.
"Jadi kita enggak pakai telepon-telepon agen, nyari-nyari tabung dulu. Buat kita di sini, jargas membantu banget. Enggak pusing tengah malam, enggak ada mikirin gas abis. Kenapa enggak dari dulu ya?" kata dia sambil tertawa.
Rumah Nurhayati termasuk dalam 5.120 rumah yang mendapat sambungan gas dari pemerintah. Pemasangan sambungan gas ke rumah-rumah tersebut tidak dikenai biaya karena ditanggung pemerintah dalam APBN 2018. Selanjutnya jargas tersebut dikelola oleh PGN.
Pembangungannya jargas memakan waktu 244 hari dari Mei hingga Desember 2018 dengan panjang pipa gas 117.684 meter. Sumber gasnya diambil dari Pertamina EP Asset 3 dengan volume 0,2 MMSCFD.
ADVERTISEMENT