Cerita Pekerja Tambang Freeport di Tengah Gangguan Kelompok Bersenjata

15 Desember 2017 11:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengolahan mineral PT Freeport. (Foto: Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Pengolahan mineral PT Freeport. (Foto: Antara)
ADVERTISEMENT
Kisruh antara pemerintah dengan PT Freeport Indonesia soal kelanjutan kontrak dan divestasi saham merembet ke Papua. Negosiasi alot pemerintah dan Freeport dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok bersenjata untuk memanaskan situasi di Papua.
ADVERTISEMENT
Sejak awal tahun ini, gangguan dari kelompok bersenjata semakin meningkat. Sudah beberapa kali bus pekerja Freeport ditembak kelompok bersenjata ketika melalui Jalan Tambang Utama (MSR).
Kelompok bersenjata tersebut bahkan sempat menyandera beberapa desa di Tembagapura pada November lalu. Tidak hanya itu, baku tembak antara kelompok bersenjata dan aparat keamanan kerap terdengar hingga pemukiman pekerja Freeport.
VP Corporate Communication PT Freeport Indonesia, Riza Pratama, menuturkan bahwa gangguan keamanan belum pernah seintens dan sedekat ini dengan para pekerja Freeport dan keluarganya.
"Gangguan tidak pernah sesering dan sedekat ini, dekat Tembagapura," kata Riza kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (15/12).
Ketika terjadi penembakan terhadap konvoi bus pekerja, terpaksa Jalan Tambang Utama ditutup sementara untuk diamankan terlebih dahulu oleh aparat.
ADVERTISEMENT
Kini para pekerja Freeport tak bisa leluasa pergi ke tambang tanpa perlindungan khusus. Pekerja harus berangkat dengan bus anti peluru, menggunakan pelindung badan alias kevlar, berangkat ramai-ramai alias konvoi, dan dikawal aparat keamanan.
Sebab, gangguan memang tak bisa diperkirakan. Tembakan bisa datang dari jarak ratusan meter. Transportasi pekerja harus diatur dengan standar operasional prosedur (SOP) sedemikian rupa untuk memastikan keselamatan.
"Sekarang sudah enggak bisa lagi berangkat sendiri pakai mobil pribadi," Riza mengungkapkan.
Selain itu, truk-truk pengangkut material untuk tambang bawah tanah juga terhambat. Setidaknya 100 kontainer material tertahan jika jalur ke tambang ditutup akibat gangguan keamanan.
Sekarang pengangkutan material juga tak bisa berangkat sembarangan, harus konvoi dan dikawal aparat keamanan. Sopir-sopirnya harus memakai kevlar.
ADVERTISEMENT
"Material semen, besi, kira-kira 100 kontainer terhambat kalau jalur tertutup. Sekarang truk-truk material harus lewat dengan pengawasan khusus dan konvoi, pakai kevlar, dan sebagainya," ucap Riza.
Dampaknya, pembangunan terowongan untuk tambang bawah tanah jadi lebih lambat. "Biasanya cepat jadi lambat, ekspansi agak terganggu. Terowongan bawah tanah butuh penyangga dan semprotan semen," ungkapnya.
Meski demikian, secara keseluruhan kegiatan operasi dan produksi di Tambang Grasberg masih normal. "Kejadian-kejadian ini tidak sampai mengganggu operasi tambang, hanya jalur supply dan transportasi karyawan saja yang terganggu," tutupnya.