Cerita Pengguna Ojek Online Habiskan Puluhan Juta Rupiah per Tahun

12 Februari 2019 17:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Layanan ojek GoRide di GoJek Foto: Go-Jek
zoom-in-whitePerbesar
Layanan ojek GoRide di GoJek Foto: Go-Jek
ADVERTISEMENT
Ojek online (ojol) tak dipungkiri telah menjadi alternatif transportasi yang berperan penting bagi masyarakat. Baik sekadar penghubung ke transportasi umum atau bahkan digunakan sebagai transportasi utama dalam aktivitas sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Sadar atau tidak, jika dihitung seksama, pengeluaran untuk keperluan ojol saja, bisa mencapai puluhan juta rupiah dalam setahun.
Salah seorang mahasiswa magister dan karyawan swasta di Jakarta, Aris Munandar (25) mengatakan, dalam sebulan ia bisa menghabiskan sekitar Rp 2 hingga Rp 2,5 juta untuk biaya perjalanan ojol. Jika diakumulasikan dalam setahun, pengeluaran untuk ojol ini bisa mencapai Rp 30 juta.
"Macam-macam, untuk ke kampus, ke perpus dan main di sekitar Jakarta per minggu bisa Rp 450 sampai Rp Rp 500 ribu lah. Sehari bisa empat kali dengan estimasi jarak 3-14 km," katanya kepada kumparan, Selasa (12/2).
Ilustrasi Grab. Foto: Grab
Aris mengaku, ojol telah menjadi andalan transportasinya sehari-hari dibandingkan angkutan umum lain.
"Saya sebenarnya senang naik transportasi umum, tapi karena enggak ada pilihan, seperti kereta yang berhentinya lama di luar ekspektasi kita, jadi mendingan naik ojol, praktis," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Seorang pekerja media yang tinggal di daerah Palmerah Jakarta Barat, Isna (24) mengatakan, dirinya setidaknya menganggarkan biaya transportasi ojol sebesar Rp 1,3 hingga Rp 1,8 juta per bulan yang jika ditotal bisa mencapai Rp 22,56 juta per tahun.
"Perjalanan ojol sebanyak 4 kali dalam sehari yaitu Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu sekali perjalanan," katanya.
Lahan Drop Off Ojek Online di Kelurahan Pondok Labu Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Isna yang termasuk orang yang mengandalkan ojol sebagai transportasi utama itu pun menyebutkan, tarif rush hour atau jam sibuk yang ditetapkan aplikator ojol berpengaruh lebih besar bagi pengeluarannya.
"Tarif pas hujan mahal banget bisa 3 kali lipat. Kalau mau tarif dinaikin sebisa mungkin jangan ada peak hour gitu, jadi tarif di-flat-in aja," terangnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, salah seorang karyawan swasta yang menggunakan ojol sebagai penghubung ke transportasi umum, Ajeng (26) menuturkan, bisa menghabiskan sekitar Rp 500 ribuan dalam sebulan.
"Commuting. Seminggu bisa 6 kali kalau 6 hari kerja, karena biasanya naik ojek buat transport nyambung dari rumah ke tempat umum, sekali perjalanan sekitar Rp 7.000 kalau ada diskon bisa Rp 3.000," timpalnya.
Dengan begitu, jika ditotal setahun pengeluaran Ajeng bisa mencapai Rp 6 jutaan.
Senada dengan Ajeng, seorang staf di sebuah lembaga di Jakarta Selatan yang menggunakan ojol sebagai penyambung KRL, Nanda (29) mengaku, mengeluarkan uang sekitar Rp 100 ribu dalam seminggu. Jika diakumulasikan, Nanda mengeluarkan sekitar Rp 400 ribu dalam sebulan dan Rp 4,8 juta dalam setahun.
ADVERTISEMENT
"Untuk pulang pergi ke Tangerang setiap hari, tapi untungnya sebagai penyambung transportasi aja (bukan transportasi utama)," ujarnya.