Cerita Pertamina yang Batal Ngebor Minyak di Iran Gara-gara Trump

3 Juni 2018 10:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) nyaris menandatangani kontrak dengan pemerintah Iran untuk mengelola Lapangan Mansouri.
ADVERTISEMENT
Sejak 2016 Pertamina sudah berupaya masuk ke Iran. Memorandum of Understanding (MoU) dengan BUMN perminyakan Iran, National Iranian Oil Company (NIOC), berhasil diteken pada 8 Agustus 2016.
Namun keinginan Pertamina untuk menggarap Lapangan Mansouri pupus setelah pada 8 Mei 2018 lalu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk meninggalkan kesepakatan pembatasan sanksi nuklir Iran yang dicapai pada akhir 2015.
Trump mengaktifkan lagi sanksi ekonomi terhadap Iran, yang memproduksi sekitar 4% dari pasokan minyak global.
"Padahal kita sudah sangat dekat dengan closing di Iran. Tapi tanggal 8 Mei lalu Trump berencana memberi sanksi lagi (ke Iran), impact-nya luar biasa kalau kita memaksakan diri berbisnis di Iran," ujar Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Pertamina sangat menyayangkan hal ini. Lapangan Mansouri yang terletak di Bangestan, Selatan Iran itu memiliki potensi cadangan lebih dari 1,5 miliar barel dengan potensi produksi mencapai lebih dari 200 ribu barel per hari.
"Di Iran kemarin kalau kita bisa goal, itu sangat bagus. Kita ikut bidding, tidak ada biaya akuisisi," tutur Alam.
Keputusan Trump tersebut juga membuat harga minyak dunia bergejolak. Sanksi terhadap Iran akan berdampak signifikan pada pasokan minyak dunia.
Sebab, Iran adalah negara dengan cadangan minyak terbesar ke-4 di dunia dengan cadangan minyak terbukti sebesar 157 miliar barel (9,3% dari total cadangan terbukti di dunia).
"Waktu harga USD 30-40 per barel di 2016, orang enggak pernah berpikir harga minyak bisa di atas USD 60 per barel pada akhir 2017. Ada negara-negara seperti AS yang mampu meng-enforce, bisa mempengaruhi konstelasi minyak dunia. Kita juga enggak tahu apakah setelah Iran, Trump bicara soal Venezuela. Kalau Venezuela disanksi juga, itu mempengaruhi pasokan crude global," tutupnya.
ADVERTISEMENT