Cerita Perusahaan Semen Thailand Memulai Bisnis Ramah Lingkungan

27 Agustus 2019 12:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden dan CEO SCG Roongrote Rangsiyopash di SCG SD Symposium 10 Years 2019 di Bangkok, Thailand Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden dan CEO SCG Roongrote Rangsiyopash di SCG SD Symposium 10 Years 2019 di Bangkok, Thailand Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Industri ekstraktif seperti perusahaan semen menghadapi tantangan tak mudah karena dituntut untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dunia. Di sisi lain, mereka juga harus membuat produk yang ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Limbah yang dihasilkan pun diharapkan bisa dimanfaatkan kembali, bahkan bisa menjadi nilai ekonomi baru yang terus berputar. Konsep inilah yang kembali diingatkan dan digaungkan perusahaan semen global asal Thailand, Siam Cement Group (SCG) dalam SCG Suistainable Development Symposium 2019.
Presiden dan CEO SCG Roongrote Rangsiyopash mengatakan, dalam acara tahun bertajuk Circular Economy-Collaboration for Action, dia ingin mendorong kolaborasi dan jejaring antara sektor bisnis, publik, dan pemerintah untuk mendukung pembangunan keberlanjutan yang lebih baik bagi dunia.
Melalui acara ini, pihaknya bersama yang lain selalu berusaha membangun kesadaran para pemimpin dunia untuk melihat dampak model industri ekstraktif take-make-waste. Ekonomi sirkular bertujuan untuk mendefinisikan kembali pertumbuhan dan fokus pada manfaat positif yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
“Tahun ini, kami berfokus mendorong sektor bisnis untuk menerapkan konsep sirkular ekonomi dalam bisnis mereka dan mendorong untuk memulai kolaborasi lintas sektor ini," kata dia dalam SCG SD Symposium 10 Years 2019 di Central World, Bangkok, Thailand, Senin (26/8).
Presiden dan CEO SCG Roongrote Rangsiyopash di SCG SD Symposium 10 Years 2019 di Bangkok, Thailand Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Menurut Roongrote, banyak perusahaan telah mulai menerapkan konsep ekonomi sirkular untuk produk mereka. Misalnya, Timberland telah bermitra dengan Omni United, produsen ban, untuk memproduksi sepatu menggunakan ban daur ulang.
Sepatu merupakan salah satu pengguna bahan baku karet terbesar. Setelah ban mencapai akhir usia produknya, mereka diolah menjadi karet remah. Karet remah diolah lagi menjadi lembaran karet untuk sol sepatu Timberland yang menunjukkan adanya konsep ekonomi sirkular. Selain itu, Coca Cola dan IKEA juga sudah ikut mengembangkan konsep ekonomi sirkular.
ADVERTISEMENT
Dalam ajang ini, berbagai perwakilan dari beberapa negara dan organisasi hadir untuk berbagi pengalaman sirkular ekonomi. Indonesia hadir sebagai salah pembicara yang diwakili oleh Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Kementerian Koordinator Kemaritiman Safri Burhanuddin. Dia mengatakan bahwa pengelolaan sampah sangat penting.
Selama ini, kata dia, plastik yang diproduksi dan menjadi barang jadi, jarang dimanfaatkan ulang. Padahal bisa dipakai lagi untuk kebutuhan yang lain dengan begitu, bisa mengurangi sampah.
"Ini yang sekarang kita coba terapkan di Indonesia. Tentu saja perlu banyak kampanye ke masyarakat sehingga meraka tahu barang yang mereka punya bisa digunakan kembali, bukan langsung dibuang," kata Safri.
Dalam presentasinya, Safri mengatakan pemerintah dan swasta sudah bekerja sama untuk mengelola sampah di dalam negeri. Sampah yang masuk bisa diubah menjadi barang daur ulang hingga bahan bakar atau waste to energy.
Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Kementerian Koordinator Kemaritiman Safri Burhanuddin dalam diskusi panel SCG SD Symposium 10 Years 2019 di Bangkok, Thailand. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Sebagai perusahaan semen dan pengemasan, SCG Indonesia, juga telah menjalankan sirkular ekonomi. Vice President Corporate Administration SCG Yuttana Jiamtragan mengatakan salah satu upayanya dengan menciptakan bahan pembungkus semen dan pengemasan produk SCG yang ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam proses di hulunya, dalam penambangan bahan baku semen di area pengunungan dengan menggunakan teknik tidak dipapas tengahnya.
"Jadi tengahnya (area gunung) tetap utuh. Sementara di hilir, kepada customer, produk pengemasan yang enggak bisa dipakai lagi bisa didaur ulang," kata dia.
SCG sudah mengadakan SD Symposium sejak 2010 lalu. Adapun pengembangan sirkular ekonomi difokuskan oleh mereka sejak tahun lalu dengan pengelolaan sampah dan masalah air di Thailand yang didukung penuh oleh pemerintah setempat.