news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Memanen Listrik dari Menanam Bambu

18 September 2019 8:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Desa Saliguma, Kepulauan Mentawai, Leo Sabangan. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warga Desa Saliguma, Kepulauan Mentawai, Leo Sabangan. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Raut wajah Leo Sabangan, warga Desa Saliguma, Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, menyiratkan kebahagiaan saat menengok kamar anaknya kini memiliki lampu penerangan.
ADVERTISEMENT
Dia berulang kali tersenyum melihat anaknya, Ria, memainkan saklar lampu di kamarnya, sembari sesekali menegur. Kegembiraan juga begitu tergambar pada wajah anak berusia 5 tahun itu.
“Ria, nanti rusak. Jangan dimainkan terus tombolnya,” seru Leo.
Hari itu, Selasa (17/9), pemerintah meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) berbahan bakar bambu dengan kapasitas 700 kW di Pulau Siberut. PLTBm ini menerangi 1.233 rumah yang ada di 3 desa.
Kamar Ria, puteri Leo Sabangan yang kini teraliri listrik. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Sebelum adanya PLTBm ini, penerangan rumah warga setempat mengandalkan lampu togok berbahan bakar minyak tanah. Namun tak semua warga bisa menikmati cahaya pelita. Sebab penghasilan mayoritas warga yang bekerja sebagai petani dan nelayan, terkadang hanya cukup untuk makan.
“Begitu senja tiba, kami sibuk menyiapkan lampu minyak tanah, itu yang ditaruh di atas meja atau digantung di dinding. Kalau ada uang, terang. Kalau tidak ada ya gelap-gelapan dulu,” ucap Leo.
ADVERTISEMENT
Desa Saliguma merupakan salah satu dari 17 desa di Kepulauan Mentawai yang hingga akhir 2018 belum tersambung listrik. Kebanyakan desa-desa yang belum berlistrik ini berada di pulau-pulau kecil yang sulit diakses.
Pulau Siberut, 135 km dari Pulau Sumatera, bisa dijangkau dari Pelabuhan Penyeberangan Teluk Bungus, Padang dengan waktu tempuh perjalanan hingga 12 jam. Jika memiliki cukup banyak uang, pulau ini bisa juga diakses dari Pelabuhan Muaro, Padang menggunakan kapal cepat dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.
“Walaupun hidupnya baru 6 jam, tapi warga di sini bersyukur bisa teraliri listrik,” kata Kepala Desa Saliguma, Nicolaus.
Petuga menyiapkan bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) Berbahan Bakar Bambu di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
PLTBm Siberut, semula merupakan penelitian yang kemudian diwujudkan menggunakan dana hibah Millenium Challenge Compact (MCC) Amerika Serikat. Kini, PLTBm Siberut dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Mentawai, yakni Perusda Kemakmuran Hijau.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Perusda Kemakmuran Hijau, Kamser Sitanggang menjelaskan, daerah kepulauan terpencil seperti Mentawai biasanya menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebagai bahan bakar listrik.
Namun karena biaya produksi listrik dari PLTD dinilai mahal, maka diperlukan sumber energi alternatif. Dibanding bahan bakar lain yang ada, pembangkit listrik berbahan bakar bambu dinilai paling murah.
"Untuk Solar itu biaya pokoknya Rp 3.900 per kWh, sedangkan dengan bambu itu Rp 3.100 per kWh," paparnya.
Untuk meringankan biaya listrik, tiap kepala keluarga mendapat 100 bibit bambu yang nantinya dijual kepada Perusda Kemakmuran Hijau. Artinya, masyarakat bisa memperoleh listrik gratis dengan menanam bambu.
Selain dari masyarakat, bahan bakar PLTBm ini juga dikombinasikan dengan forest residu lantaran membutuhkan bahan bakar dalam jumlah yang banyak.
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) Berbahan Bakar Bambu di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Selain itu, Pemkab Kepulauan Mentawai juga menggandeng PLN untuk membeli listrik yang dihasilkan 3 PLTBm yang ada di Pulau Siberut. Sebab PLN bisa memberi subsidi kepada masyarakat sehingga biaya listrik makin terjangkau.
ADVERTISEMENT
“Pembelian tenaga listrik (oleh PLN) dari PLTBm Matotonan, PLTBm Madobag, dan PLTBm Saliguma dilakukan untuk melistriki masyarakat di Kepulauan Mentawai (Pulau Siberut) sehingga menaikkan rasio elektrifikasi Kepulauan Mentawai dari 55 persen menjadi 61 persen,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Sutijastoto.
Toto, sapaan akrabnya, berharap, adanya PLTBm ini mendorong inovasi pengembangan pembangkit listrik berbasis EBT lainnya. Sejauh ini, mayoritas pembangkit listrik EBT yang ada baru berbasis hybrid, bayu, surya, bioenergi, panas bumi, dan air.
Selama 4 tahun terakhir, kapasitas pembangkit listrik EBT terus meningkat. Pada 2015 sebesar 8.496 Mega Watt (MW), 2016 bertambah menjadi 8.986 MW, 2017 menjadi 9.379 MW, dan 2018 melonjak menjadi 9.781 MW.
ADVERTISEMENT
“Saya harap pembangunan PLTBm ini mampu mendorong inovasi pengembangan pembangkit listrik berbasis EBT lainnya. Tentunya pemerintah berharap PLTBm ini bermanfaat secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan energi berkeadilan,” pungkasnya.