Chatib Basri: Bank Indonesia Masih Sulit Turunkan Suku Bunga Acuan

14 Maret 2019 19:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chatib Basri Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Chatib Basri Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Peluang Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya dinilai sangat kecil. Padahal tahun ini kebijakan normalisasi moneter bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) dinilai melambat dan diprediksi hanya menaikkan suku bunga satu kali.
ADVERTISEMENT
Ekonom senior dan mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, sulitnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan karena masalah defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) yang masih membayangi ekonomi domestik.
Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2018 membengkak jadi USD 9,1 miliar atau 3,57 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut naik dibandingkan kuartal sebelumnya USD 8,6 miliar atau 3,28 persen dari PDB.
"Kebijakan The Fed implikasinya pada peningkatan protofolio investasi akan kembali ke Indonesia, itu berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Apakah BI bisa turunkan suku bunga acuan? Dugaan saya dengan CAD yang masih menganga, ruang untuk turunkan suku bunga akan sulit," kata Chatib di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (14/3).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers bersama anggota Dewan Gubernur BI, Kamis (21/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Tingginya suku bunga Bank Indonesia akan berdampak pada kinerja investasi di sektor riil. Selain itu, kondisi tersebut akan mendorong kenaikan suku bunga kredit perbankan dan hal ini akan membuat investor ragu berinvestasi di sektor riil.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi tersebut, menurut Chatib, ikilm investasi tak akan jauh berbeda dari tahun lalu. Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat realisasi investasi Indonesia di 2018 mencapai Rp 721,3 triliun, hanya naik 4,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Adapun saat ini suku bunga acuan Bank Indonesia berada di level dari 6 persen. Angka itu berasal dari kenaikan suku bunga acuan sebanyak 175 bps di sepanjang 2018 yakni pada bulan Mei, Juni, Agustus, September dan November.