news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Chatib Basri: Perlu Diwaspadai Jika Pertumbuhan Ekonomi Stagnan 5%

7 Februari 2018 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chatib Basri (Foto: bekraf.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Chatib Basri (Foto: bekraf.go.id)
ADVERTISEMENT
Indikator perekonomian Indonesia yang menunjukkan tren positif ternyata belum mampu mengerek pertumbuhan ekonomi menyentuh angka 6%. Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mampu bertengger di kisaran 5%.
ADVERTISEMENT
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai stagnasi pertumbuhan ekonomi tersebut harus diwaspadai. Sebab, hal tersebut akan berdampak pada pendapatan per kapita warganya.
"Kalau tumbuh 5% terus, pendapatan kita kurang. Ada risiko bagi kita jadi tua tapi tidak kaya," ujar Chatib dalam paparannya di acara Mandiri Investment Forum di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (7/2).
Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang sulit bergerak menyentuh 6%. Pada 2014, ekonomi tercatat hanya tumbuh 5,02%, kemudian menurun menjadi 4,88% pada 2015, menyentuh 5,02% pada 2016, dan sepanjang tahun lalu hanya tumbuh 5,07%.
Padahal, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi di tahun 2045. Pada usia yang memasuki 100 tahun tersebut, Indonesia disebut akan memiliki jumlah penduduk lebih dari 300 juta jiwa. Dari jumlah tersebut 52% masyarakat terdiri dari usia produktif yang tinggal di kawasan urban.
ADVERTISEMENT
Studi PricewaterhouseCooper (PwC) mengungkapkan jika pertumbuhan ekonomi rata-rata 5%, maka pada 2050 pendapatan per kapita Indonesia hanya ada di kisaran 20.000 dolar AS.
Angka ini terbilang rendah dibandingkan negara lain seperti Korea Selatan atau Jepang, yang ketika mayoritas penduduknya sudah berusia tua pendapatan per kapitanya mencapai 40.000 dolar AS.
Untuk itu, Chatib mengatakan Indonesia harus bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 6-7%. Caranya adalah dengan mulai berinvestasi di bidang manufaktur.
"Kita harus mencari suatu pasar tertentu. Masuk industri garment tapi SDM yang bagus. Orang-orang mau membeli batik USD 1.000 kalau ada kombinasi SDM dan manufaktur yang baik," katanya.