Chatib Basri: Rupiah Menguat, Ada yang Harus Diwaspadai Pemerintah

7 Januari 2019 13:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chatib Basri (Foto: bekraf.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Chatib Basri (Foto: bekraf.go.id)
ADVERTISEMENT
Pemerintah diminta untuk tetap waspada dan tidak cepat terlena dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini. Sebab, penguatan tersebut dinilai hanya berlangsung sementara.
ADVERTISEMENT
Ekonom senior Chatib Basri mengatakan penguatan nilai tukar rupiah saat ini tak terlepas dari pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang memastikan The Fed akan lebih bersabar dalam menaikkan suku bunganya.
"Dugaan saya arus modal masuk akan kembali terjadi dan pasar keuangan akan bergairah," kata Chatib seperti dikutip dari akun twitternya, @ChatibBasri, Senin (7/1).
Berdasarkan data Reuters hari ini pukul 11:52 WIB, kurs rupiah mencapai Rp 13.990 per dolar AS, menguat dibandingkan pembukaan perdagangan pagi tadi di level Rp 14.265 per dolar AS.
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Namun, Mantan Menteri Keuangan era pemerintah Presiden SBY tersebut mengingatkan jika arus modal ini satu hari akan kembali lagi ke luar karena sifatnya hot money. Jika Fed kembali lagi menaikkan suku bunga dengan cepat, maka situasi ekonomi seperti 2018 akan berulang.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin mengingatkan sejak awal tentang perlunya financial deepening supaya peran dari investor lokal lebih dominan. Selain itu perlu macro prudential dlm bentuk tobin tax, reverse tobin tax atau aturan lain untuk mengatasi gejolak arus modal," katanya.
Tanpa hal tersebut, situasi 2018 akan berulang. Menurut dia, dari hasil obrolannya dengan ekonom Carmen Reinhart di Harvard beberapa tahun lalu, ada 3 kata yg paling berbahaya: this time is different. Menurut dia, policy maker cenderung berkata itu pada saat arus modal masuk.
"Saatnya bagi kita untuk tidak mengulangi kesalahan dengan menganggap bahwa arus modal yang masuk, rupiah yang menguat, pasar keuangan yang bergairah ini berbeda dengan yang lalu. This is (not) different," ujarnya.
ADVERTISEMENT