Chevron Tak Berminat Perpanjang Kontrak di Blok Makassar Strait

11 Juli 2018 13:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi eksplorasi migas di lepas pantai. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi eksplorasi migas di lepas pantai. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Kontrak Chevron Indonesia di Blok Makassar Strait akan berakhir pada 2020. Selain Chevron, Participating Interest (PI) atau hak kelola Blok Makassar Strait juga dipegang oleh PT Pertamina Hulu Energi sebanyak 10% dan Sinopec 18%. Chevron sendiri memegang 72% hak kelola.
ADVERTISEMENT
Blok Makassar Strait bersama Blok Rapak dan Blok Ganal di Selat Makassar tergabung dalam proyek Indonesia Deepwater Development (IDD). Namun kontrak Chevron di Blok Ganal baru akan berakhir pada 2028 dan Blok Rapak pada 2027.
Dalam perkembangannya, Blok Makassar Strait dipisahkan dari proyek IDD. Chevron pun tak berminat lagi mengelola blok ini sehingga tidak mengajukan perpanjangan kontrak.
Kementerian ESDM kemudian menawarkan Blok Makassar Strait kepada Pertamina dan Sinopec. Namun, Pertamina dan Sinopec juga tak berminat. Karena itu, Blok Makassar Strait akan dilelang.
"Jadi di Makassar Strait itu kan ada Chevron, ada Pertamina, ada Sinopec. Tiga-tiganya sudah kita tanya, enggak minat. Jadi kita lelang, mungkin ada yang berminat karena ada beberapa K3S yang sudah punya fasilitas di situ, jadi lebih ekonomis. Sedangkan yang belum punya karena itu jauh di laut jadi kurang ekonomis," kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (11/7).
ADVERTISEMENT
Djoko mengungkapkan, Chevron mundur karena menilai Blok Makassar Strait tidak ekonomis untuk dikembangkan. Skala keekonomian proyek IDD akan turun jika Blok Makassar Strait tak dikeluarkan.
"Kalau digabung (dengan Rapak dan Ganal) keekonomian NPV (Net Present Value) dari yang dua (Rapak dan Ganal) ini jadi berkurang karena ini kan lokasinya sangat marjinal. Supaya tidak berkurang NPV-nya, ini (Makassar Strait) dilepas supaya yang dua lebih ekonomis," papar Djoko.
Secara terpisah, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, pihaknya masih mengevaluasi Blok Makassar Strait. Pihaknya belum memutuskan apakah akan mengelola blok tersebut atau tidak. "Kita lagi evaluasi apakah kita mau masuk situ apa enggak," tutupnya.