news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Crazy Rich Surabayan, Siapa Saja Mereka?

17 September 2018 10:58 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Constance Wu di Premiere Crazy Rich Asians (Foto: REUTERS/Mario Anzuoni)
zoom-in-whitePerbesar
Constance Wu di Premiere Crazy Rich Asians (Foto: REUTERS/Mario Anzuoni)
ADVERTISEMENT
Film Crazy Rich Asians tengah menjadi perbincangan, karena menjadi film produksi Hollywood yang hampir seluruh pemainnya berdarah Asia. Film ini mengisahkan drama percintaan antara Rachel Chu, seorang profesor ekonomi dari kelompok masyarakat biasa, dengan Nick Young yang ternyata anak keluarga super kaya asal Singapura.
ADVERTISEMENT
Pertentangan dan romansa antara dua manusia berbeda kasta ekonomi ini, membuat film ini menjadi sangat populer. Dalam lima hari pertama penayangannya, sudah berhasil membukukan pendapatan USD 34 juta atau lebih dari Rp 505 miliar.
Terlepas dari raihan kesuksesannya, di Indonesia film ini telah memunculkan versi plesetan Crazy Rich Surabayan yang viral mengisahkan "kegilaan" orang-orang kaya asal ibu kota Jawa Timur itu. Siapa sesungguhnya orang-orang kaya asal Surabaya?
Alexander Tedja
Alexander Tedja (Foto: Facebook/ Alexander Tedja)
zoom-in-whitePerbesar
Alexander Tedja (Foto: Facebook/ Alexander Tedja)
Pemilik perusahaan pengembang Pakuwon Jati ini, ditempatkan oleh majalah Forbes sebagai orang terkaya dunia di urutan 1.756. Sedangkan di Indonesia, kekayaan Alexander yang menurut Forbes mencapai USD 1,3 miliar, menempatkannya di ranking 72 orang terkaya.
Mal-mal terkemuka di Surabaya, merupakan milik pengembang yang dipimpin Alexander. Sebut saja Tunjungan Plaza, Tunjungan City Superblock, serta proyek properti terkemuka lainnya seperti One Icon Residence dan TP Residence. Sedangkan salah satu proyek properti terkemukanya di Jakarta adalah Gandaria City.
ADVERTISEMENT
Perusahaan yang didirikan Alexander di Surabaya pada 1982 itu, kini juga memiliki kantor dan proyek properti di Jakarta. Alexander juga telah membawa perusahaannya melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten PWON.
Harjo Sutanto
Produk Wings (Foto: Dok. Wings Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Produk Wings (Foto: Dok. Wings Indonesia)
Harjo Sutanto adalah seorang pengusaha sukses yang merintis bisnisnya dari bawah. Ia bersama Ferdinand Katuari pada tahun 1949 mendirikan Fa Wings yang memproduksi sabun colek skala industri rumahan dan memasarkannya secara door to door di Jawa Timur.
Majalah Forbes dalam daftar orang terkaya 2018, menempatkan Harjo pada ranking 1.867 orang terkaya dunia. Dengan kekayaan USD 1,2 miliar di Indonesia dia ada di urutan ke-92 orang terkaya.
Meski dirintis di Jawa Timur, namun kini Wings Group telah menjadi perusahaan nasional dengan produk consumer yang beredar luas.
ADVERTISEMENT
Susilo Wonowidjojo
Susilo Wonowidjojo. (Foto: www.forbes.com)
zoom-in-whitePerbesar
Susilo Wonowidjojo. (Foto: www.forbes.com)
Susilo dan keluarganya mengelola pabrik rokok Gudang Garam yang berbasis di Kediri, Jawa Timur. Perusahaan itu memproduksi tak kurang dari 70 miliar batang rokok per tahun.
Menurut catatan majalah Forbes, Susilo dan keluarganya pada 2017 lalu memiliki kekayaan sebesar USD 8,8 miliar. Namun namanya terpental dari daftar orang terkaya dunia tahun 2018 versi majalah itu.
Gudang Garam didirikan oleh ayah Susilo, Surya, pada 1958 bermula dari usaha jual beli tembakau. Perusahaan ini lantas dikelola oleh kakak Susilo, yakni Rachman Halim, sebelum dipimpin oleh Susilo sejak 2009 silam.
Alim Markus
Alim Markus, pemilik Maspion Group
 (Foto: Twitter @MartyMeiVic  )
zoom-in-whitePerbesar
Alim Markus, pemilik Maspion Group (Foto: Twitter @MartyMeiVic )
Kalau ingat motto “Cintailah Produk-produk Indonesia”, maka itulah cara Maspion yang merupakan milik pengusaha Alim Markus berjualan. Alim yang pada 2009 pernah masuk daftar orang terkaya dunia versi majalah Forbes, mengembangkan bisnis Maspion dari Surabaya.
ADVERTISEMENT
Total kekayaan Alim Markus dan keluarga pada 2017 lalu ditaksir mencapai Rp 5 triliun. Kini Maspion dipimpin oleh anaknya yaitu Herman Halim yang juga merupakan mantan Ketua Harian Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia.
Bisnis utama Maspion adalah produk peralatan rumah tangga berbahan plastik dan aluminium. Tapi kini sudah meluas ke sektor jasa keuangan dan properti.