Curhat Gubernur BI yang Tidak Suka Naikkan Suku Bunga

3 Oktober 2018 20:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kondisi ekonomi global selama satu tahun terakhir memaksa stakeholder di dalam negeri mengambil langkah antisipasi. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
ADVERTISEMENT
Gubernur BI Perry Warjiyo mengaku, sejak awal tahun ini hingga September kemarin, BI sudah menaikkan suku bunga sebanyak 5 kali atau setara 150 basis points (bps). Dari 5 kali kenaikan suku bunga BI, satu kali dilakukan oleh pendahulunya, Agus Martowardodjo dan sisanya dilakukan selama dia mempimpin bank sentral sejak Mei 2018 lalu.
Meski sudah menaikkan suku bunga sebanyak itu, Perry mengaku tidak suka melakukannya. Menurutnya, mengelola ekonomi dalam negeri tidak harus dihadapi dengan menaikkan suku bunga.
“Saya tidak suka naikkan suku bunga karena keadaan di dalam negeri tidak perlu menaikkan suku bunga tetapi kalau terus-terusan deras kita harus melakukan langkah-langkah seperti itu,” kata dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (3/10).
ADVERTISEMENT
Tapi kenaikan suku bunga BI harus dilakukannya untuk merespons rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed yang sudah naik sebanyak 4 kali. BI selalu menaikkan suku bunga dalam negeri sebelum atau sesaat setelah The Fed menaikkan suku bunga mereka di AS atau disebut kebijakan antisipasi atau ahead the curve.
Meski sudah menaikkan suku bunga sebanyak 150 bps menjadi 5,75 persen, Perry mengaku BI sudah melalukannya dengan menakar terlebih dahulu, yakni memperhitungkan inflasi dalam negeri. Faktor lain yang membuat dirinya harus menaikkan suku bunga agar dana investor asing tidak kabur ke luar negeri. Bagaimanapun portofolio investasi harus dijaga.
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
“Kalau suku bunga luar negeri naik, kita harus takar dulu. Untuk inflasi rendah tidak perlu naikkan suku bunga, inflasi kita hanya 3,2 persen. Itu tidak ada keperluan naikkan suku bunga. Tetapi sekarang investasi portofolio sedang susah nih. Salah satunya kita harus nakar suku bunga kita cukup menarik tidak bagi masuknya aliran modal asing,” katanya.
ADVERTISEMENT
Kenaikan suku bunga juga memperhitungkan likuiditas dalam negeri. Dia mengatakan, harus memastikan likuiditas cukup sehingga kenaikan suku bunga tdk menimbulkan kekeringan likuditas.
Selain itu, kenaikan suku bunga juga dilakukan Perry untuk mengurangi defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD).
“Nah, kenaikan suku bunga ini merupakan bagian dari langkah bersama untuk menurunkan transaksi berjalan tadi. Karena dengan kenaikan suku bunga permintaan barang yg tidak perlu berkurang dan impornya juga berkurang. Itu langkah bersama,” jelasnya.
Selama kuartal II 2018, CAD mencapai USD 8 miliar atau 3 persen terhadap PDB, jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar USD 5,7 miliar atau 2,2 persen terhadap PDB.
Secara kumulatif semester I ini, CAD mencapai USD 13,7 miliar atau 2,6 persen terhadap PDB. Angka ini terbilang masih aman, sebab masih di bawah 3 persen terhadap PDB.
ADVERTISEMENT