Curhat Nelayan di Natuna soal Harga Ikan yang Terlalu Murah

30 Januari 2018 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Susi di SKPT Lampa (Foto: Ahmad Romadoni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Susi di SKPT Lampa (Foto: Ahmad Romadoni/kumparan)
ADVERTISEMENT
Potensi perikanan tangkap di Laut Natuna memang cukup besar yaitu mencapai 1,1 juta ton per tahun. Namun sayang, tingginya potensi perikanan tangkap tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima para nelayan.
ADVERTISEMENT
Hal ini disebabkan karena harga jual ikan yang ditangkap nelayan dibeli di bawah harga pasar pada umumnya. Selama ini nelayan lokal di Natuna selalu menjual ikan yang mereka tangkap ke Perum Perikanan Indonesia (Perindo).
"Tolong bantu kami soal harga ikan. Memang sudah bagus harganya tapi belum standar,” kata seorang nelayan lokal Tarmini saat bercerita kepada kumparan (kumparan.com) di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Lampa, Natuna, Kepulauan Riau, Selasa (30/1).
Tarmini menyebut, ada beberapa ikan yang dibeli Perindo dengan harga jauh lebih murah ketimbang dijual ke swasta. Misalnya untuk ikan kerapu merah, Perindo hanya mampu membeli dengan harga Rp 55-65 ribu per kg. Sedangkan perusahaan swasta berani membayar Rp 300-400 ribu per kg dalam kondisi ikan terebut hidup.
Aneka ikan segar di Pasar Seni (Foto: Bella Cynthia / Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aneka ikan segar di Pasar Seni (Foto: Bella Cynthia / Kumparan)
"Jadi tolonglah bantu kami,” imbuh nelayan asal Sededap, Pulau Tiga, Natuna itu.
ADVERTISEMENT
Sementara pengepul ikan nelayan yang bekerja sama dengan Perindo, Idrus, mengatakan dirinya hanya mengikuti patokan harga yang diberikan oleh Perindo. Biasanya, dia mengumpulkan ikan dari beberapa nelayan untuk dijual ke Perindo.
"Hanya berdasarkan harga Perindo bukan berarti mengada-ngadakan harga. Harga Rp 65 ribu per kg beli sesuai dengan perintah Perindo,” kata Idrus.
Idrus menilai, Perindo sangat terbuka kepada nelayan bila ada usulan kenaikan harga. Idrus pernah berdiskusi dengan Perindo dan berhasil menaikkan sejumlah harga ikan.
"Ikan per kg misalnya ikan tongkol kita awal pertama Rp 10 ribu sekarang naik Rp 12 ribu,” tambah Idrus.
Selain itu, ada beberapa bantuan yang diberikan secara gratis kepada nelayan maupun pengepul. Misalnya, penyediaan es batu dan umpan ikan. Idrus bahkan pernah ditawari bantuan kapal oleh Perindo. Tapi, dia menolak karena menilai dirinya masih baru dalam bisnis pengepul ikan ini.
ADVERTISEMENT
"Kapal sendiri Perindo mau bantu tapi saya tidak mau karena saya baru. Kita pakai kapal sendiri," ucap dia.
Mengenai hal ini, Perindo akhirnya buka suara. Asisten Manajer Perum Perindo Unit Natuna, Roberto mengatakan, sistem yang digunakan di sini, yakni harga tetap. Nelayan tidak perlu khawatir ikannya dibeli dengan harga musiman.
“Waktu awal hadir di sini kita prinsipnya tidak pernah buka harga. Kita mengikuti proses harga yang ada, kita komunikasi dengan nelayan dengan pengepul. Kita memilih kepastian harga,” kata Roberto.
Roberto memang mendengar adanya keluhan dari nelayan soal harga ikan terutama di saat permintaan sedang tinggi. Swasta memang berani membayar dengan harga ratusan ribu rupiah per kg saat ikan itu dibutuhkan pasar. Sedangkan, Perindo tetap dengan harga Rp 50 ribu per kg. Tapi, saat permintaan ikan sedikit, swasta justru akan membanting harga hingga tinggal Rp 42 ribu per kg. Dalam posisi ini, Perindo akan tetap membeli ikan nelayan dengan harga Rp 50 ribu.
ADVERTISEMENT
“Bahkan, saat permintaan banyak, kami berani membeli Rp 55 ribu. Kami bagi keuntungan kami dengan nelayan dengan cara menambah harga beli ikan,” jelas Roberto.
Saat ini Perindo mengelola pengolahan ikan di SKPT Lampa. Cold Storage yang dikelola Perindo berkapasitas 200 ton. Dalam sehari, Perindo bisa menerima 2-3 ton ikan dari nelayan. Puncak pendapatan ikan yang pernah diraih bahkan mencapai 15 ton sehari.
"Prinsipnya kami tidak menolak ikan. Ikan apa pun yang memiliki nilai ekonomis akan kami tampung,” tutupnya.