Dalam 4 Bulan, B20 Kurangi Defisit Neraca Perdagangan USD 1 Miliar

27 September 2018 12:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi biodiesel 20 persen (B20). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biodiesel 20 persen (B20). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Perluasan mandatori biodiesel 20 persen (B20) yang dijalankan sejak 1 September 2018 diproyeksikan dapat mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) hingga 1,1 juta kiloliter (KL) hingga akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana, memperkirakan penghematan devisa dari program B20 di 4 bulan terakhir tahun ini mencapai USD 1 miliar.
Penghematan ini berdasarkan asumsi jumlah biodiesel yang menggantikan BBM sebanyak 1,1 juta KL dikalikan harga BBM impor sebesar USD 85 per barel.
"Untuk 4 bulan, kita punya target penambahan serapan FAME (Fatty Acid Methyl Eter) di dalam negeri hampir 1,1 juta KL. MOPS sekarang USD 85 per barel. Jadi penghematan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan USD 1 miliar," kata Rida dalam diskusi dengan media di Jakarta, Kamis (27/9).
Selain menekan defisit neraca perdagangan, penggunaan B20 juga menekan emisi karbon dan meningkatkan harga sawit di pasar dunia.
ADVERTISEMENT
"Berkat peningkatan harga sawit itu, otomatis devisa negara dari ekspor sawit naik, rupiah jadi lebih kuat," papar Rida.
Diakui Rida, masih banyak kendala dalam implementasi B20 ini. Namun masalah hanya persoalan teknis saja, menurut Rida bukan di kebijakan. Misalnya soal distribusi FAME ke Terminal BBM Pertamina di Indonesia Timur.
"Sekarang masalah di tataran operasional. Kebutuhan terhadap kapal jadi tinggi. Masalah tidak di kebijakan, tidak di harga," tutupnya.