Dalam Sebulan, Rupiah Menguat Hampir 1.000 Poin Terhadap Dolar AS

30 November 2018 10:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mata uang rupiah menguat pada tanggal 30 November 2018. (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Mata uang rupiah menguat pada tanggal 30 November 2018. (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT
Mata uang rupiah menguat tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama 1 bulan (month-to-month). Mengutip data Reuters, dolar AS ditutup di posisi Rp 15.223 pada 30 Oktober 2018.
ADVERTISEMENT
Memasuki awal November hingga hari ini, mata uang Negeri Paman Sam tersebut mengalami tekanan. Dolar AS melemah, sebaliknya rupiah terus menguat.
Pada Jumat (30/11) pukul 10.29 WIB, rupiah menguat tajam, berada pada posisi Rp 14.265. Bila dihitung selama sebulan, rupiah menguat hampir 1.000 poin atau tepatnya 958 poin selama periode 30 Oktober - 30 November 2018.
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
3 Faktor Ini yang Bikin Rupiah Menguat
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, penguatan rupiah ini dipicu oleh pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang memperlunak pandangannya (stance) terkait suku bunga acuan.
Powell mengatakan, kebijakan tingkat suku bunga saat ini di bawah perkiraan atau mendekati level netral untuk bisa mengerem atau meningkatkan ekonomi AS menjadi sehat. Komentar Powell itu dianggap menjadi tanda bahwa bank sentral bisa lebih dekat dari yang diharapkan untuk mengakhiri dorongannya menaikkan suku bunga.
Mata uang rupiah menguat pada bulan November 2018. (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Mata uang rupiah menguat pada bulan November 2018. (Foto: Reuters)
"Pernyataan Powell tersebut semakin memperkuat meyakinkan pasar bahwa tren kenaikan FFR (Fed Fund Rate) sudah mendekati akhir," ujar Nanang kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Selain faktor bank sentral AS, pasar juga optimistis dengan terbukanya kesepakatan dagang antara AS dan China. Pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping juga diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi perekonomian global.
"Dua faktor global utama, yaitu ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed dan tensi perang dagang yang terus memanas, yang selama April - September 2018 terus menekan rupiah," jelasnya.
Faktor positif lainnya adalah terus merosotnya harga minyak mentah dunia, yang sudah menyentuh USD 50 per barel.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsah, Kamis (27/9/2018). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsah, Kamis (27/9/2018). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
"Ini yang dapat mengurangi tekanan pada defisit neraca perdagangan migas Indonesia ke depan," kata dia.
Dengan kondisi yang kondusif seperti saat ini, Nanang optimistis hal tersebut dapat mendorong terciptanya penguatan stabilitas kurs rupiah. Bahkan pihaknya tak menutup kemungkinan rupiah bisa kembali menguat.
ADVERTISEMENT
"Pada saat ini sudah memberikan iklim yang lebih kondusif bagi terciptanya stabilitas nilai tukar rupiah, dengan tidak tertutup kemungkinan akan membuat rupiah semakin menguat," tambahnya.