Dampak Hasil Quick Count Pilpres ke Ekonomi RI

21 April 2019 9:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cover Collection: Quick  Count. Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cover Collection: Quick Count. Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul dalam hasil perhitungan cepat (quick count) yang dilakukan sejumlah lembaga survei maupun hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU). Meski belum resmi, namun hal tersebut direspons positif oleh pelaku bisnis hingga lembaga keuangan asing.
ADVERTISEMENT
IHSG
Jokowi Effect dinilai berhasil menjadi sentimen positif di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dana asing pun mengalir deras masuk ke Indonesia.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, sepanjang 2019, dana asing masuk atau investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp 15,220 triliun dan selama sepekan ini, investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp 1,426 triliun.
Seiring dengan itu, dalam sepekan, IHSG mengalami peningkatan sebesar 1,58 persen ke level 6.507,221 dari 6.405,866 pada penutupan pekan lalu.
Rupiah
Sehari setelah pengumuman quick count, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS langsung melesat. Kurs bahkan sempat menguat di kisaran Rp 13.000.
Berdasarkan perdagangan Reuters Kamis (18/4),
kurs rupiah sempat menguat di Rp 13.995 per dolar AS pada pukul 09.16 WIB. Kemudian mengalami penurunan tipis ke posisi Rp 14.015 pada pukul 10.27 WIB.
ADVERTISEMENT
Bila membandingkan dari awal tahun (year-to-date), mata uang Garuda mengalami penguatan 2,67 persen terhadap dolar AS.
Lembaga pemeringkat asing
Lembaga pemeringkat global Moody's dan Fitch Ratings juga merespons positif hasil hitung quick count tersebut.
Wakil Presiden - Analis Senior, Sovereign Risk Group, Moody’s Investors Service, Anushka Shah, optimistis ekonomi Indonesia akan positif dalam lima tahun ke depan. Menurut dia, Jokowi akan membuat kebijakan berkelanjutan seperti pengembangan infrastruktur dan SDM, serta secara bertahap memangkas birokrasi.
"Perkembangan ini akan mengarah pada lingkungan kesinambungan kebijakan, dengan fokus baru pada beberapa reformasi yang menandai masa jabatan pertamanya, termasuk pengembangan infrastruktur dan sumber daya manusia, dan pengurangan birokrasi secara bertahap," ujar Shah dalam keterangannya yang diterima kumparan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Direktur Fitch Ratings, Thomas Rookmaaker, menjelaskan kemenangan bahwa Jokowi-Ma'ruf Amin akan menunjukkan kelanjutan dan kebijakan ekonomi saat ini, yang fokus pada stabilitas makroekonomi, infrastruktur, hingga meningkatkan rasio pajak.
Menurut dia, dari perspektif peringkat, fokus kebijakan berkelanjutan pada stabilitas makroekonomi sangat relevan. Meskipun kebijakan tersebut berada di bank sentral, menurut dia pemerintah juga berperan cukup signifikan selama beberapa tahun terakhir.
"Pemerintah telah memainkan peran pendukung selama beberapa tahun terakhir melalui manajemen fiskal yang bijaksana dan koordinasi kebijakan. Fokus pada stabilitas makro mendukung peningkatan peringkat Fitch di Indonesia menjadi 'BBB' pada Desember 2017," ujarnya.
Morgan Stanley
Lembaga keuangan internasional, Morgan Stanley, memberikan prediksi terhadap perekonomian Indonesia atas unggulnya Joko Widodo-Ma'ruf Amin tersebut. Lembaga keuangan yang berbasis di New York, AS, ini memproyeksi ekonomi Indonesia mampu tumbuh mencapai 5,3 persen di tahun ini, lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya 5,17 persen.
ADVERTISEMENT
Proyeksi tersebut tertuang dalam laporan Morgan Stanley atas hasil Pemilu sementara di Indonesia. Di kawasan Asia, Ekonom Morgan Stanley Asia Ltd Deyi Tan menilai, Indonesia tergolong negara dengan struktur perekonomian terkuat, selain India.
"Morgan Stanley memperkirakan bahwa Indonesia dapat melawan arus global (perlambatan ekonomi) pada 2019, dengan pertumbuhan naik menjadi 5,3 persen pada 2019," ujar Tan dalam laporan yang diterima kumparan.
Ada sejumlah faktor yang membuat ekonomi Indonesia akan tetap stabil. Pertama, tak seperti tahun lalu, tekanan tren suku bunga global akan mereda. Tahun ini, kombinasi pelonggaran kondisi keuangan global serta kondisi makro domestik memungkinkan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan.
Selain itu, efek pemilu terhadap belanja fiskal dianggap positif. Namun, Morgan Stanley memperkirakan kebijakan fiskal tak akan agresif sepanjang tahun ini.
ADVERTISEMENT
Morgan Stanley pun memprediksi defisit fiskal akan sedikit melebar menjadi 2,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini, dari sebelumnya hanya 1,84 persen dari PDB di 2018.
Harga Pangan
Meski demikian, Jokowi Effect nyatanya tak berdampak pada harga pangan. Sejumlah komoditas bahkan masih mengalami kenaikan harga.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), Sabtu (20/4), cabai merah keriting mengalami kenaikan dari semula Rp 27.500 menjadi Rp 30.000 per kilogram (kg), sementara harga bawang putih ukuran sedang dari semula Rp 59.150 menjadi Rp 60.000 per kg.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) DKI Jakarta Pepen Sefentri pun menegaskan tak ada pengaruh positif kemenangan Jokowi-Ma'ruf pada harga pangan.
ADVERTISEMENT
"Enggak ada pengaruh Jokowi Effect tuh. Lihat aja harga-harga sekarang," katanya kepada kumparan.