Dapat Blok Rokan, Pertamina Kejar Produksi 1,5 Miliar Barel Minyak

10 Agustus 2018 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pompa angguk di sumur minyak. (Foto: instagram @cahayabumi)
zoom-in-whitePerbesar
Pompa angguk di sumur minyak. (Foto: instagram @cahayabumi)
ADVERTISEMENT
Blok Rokan di Riau resmi jatuh ke tangan PT Pertamina (Persero) pada 31 Juli 2018 setelah bertarung dengan PT Chevron Pacific Indonesia. Chevron merupakan kontraktor eksisting yang kontraknya di Blok Rokan akan habis pada 2021.
ADVERTISEMENT
Pasca 2021, Pertamina akan mengelola ladang minyak terbesar di Indonesia hingga 2041. Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, selama 20 tahun itu Pertamina menargetkan akan mengejar produksi hingga 1,5 miliar barel setara minyak atau Barrels Oil Equivalent Per Day (BOEPD) di Blok Rokan.
“Yang di-propose Pertamina sampai akhir kontrak 1,5 miliar barel untuk 20 tahun,” kata Arcandra saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/8).
Blok Rokan merupakan salah satu ladang minyak terbesar di Indonesia yang telah ditemukan 90 tahun lalu. Sebagai sumur tua, secara alami produktivitas sumur-sumur di Blok Rokan akan mengalami penurunan.
Di masa jayanya, Blok Rokan mampu memproduksi 1 juta barel per hari (bph). Kini, produksinya hanya 200 ribu bph. Karena itu, Pertamina wajib mempertahakan laju produksi di sana setelah pengalihan dari Chevron pada 8 Agustus 2021.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Direktur Hulu PT Pertamina Syamsu Alam mengatakan investasi yang akan dikeluarkan Pertamina hingga 2041 di Blok Rokan cukup besar. Selama 20 tahun sejak 2021 sampai 2041, Pertamina akan merogoh kocek kurang lebih USD 70 miliar alias Rp 980 triliun (kurs Rp 14.000).
Menurut Alam, biaya investasi itu baru capital expenditure (capex) atau belanja modalnya saja, belum termasuk biaya operasi atau operational expenditure (opex). Selain itu, juga belum termasuk biaya untuk penggunaan teknologi Enhanced Oil Recovery atau EOR.
“20 tahun ke depan itu besar lah, USD 70-an miliar, angka persisnya lupa. Itu kan baru capex-nya saja, opex belum. Itu belum mengkoordinir EOR. Kalau itu berhasil, nanti investasi akan lebih besar,” ujar Alam.
ADVERTISEMENT