Darmin: China Lemahkan Yuan untuk Strategi Perang Dagang dengan AS

6 Agustus 2019 16:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution hadiri rakor pembahasan harga tiket pesawat. Foto: Zaki/Humas Kemenko Perekonomian
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution hadiri rakor pembahasan harga tiket pesawat. Foto: Zaki/Humas Kemenko Perekonomian
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nilai tukar mata uang China yang pada hari merosot tajam, ditengarai sengaja dilakukan oleh Negeri Tirai Bambu sebagai strategi menghadapi perang dagang dengan Amerik Serikat.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan dengan nilai tukar Yuan yang melemah, maka barang China ke AS akan lebih murah. Sehingga kenaikan tarif bea masuk oleh AS yak akan terlalu berdampak.
"AS mengenakan tarif bea masuk. China enggak usah balas dengan menaikkan lagi tingkat bunga, Yuan saja dilemahkan. Itu urusan mereka lah," kata Darmin di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa, (6/8).
Darmin belum mau memastikan apakah langkah China melemahkan mata uangnya tersebut akan berdampak pada nilai tukar rupiah. Namun, dia tak menampik jika kondisi tersebut telah mulai berpengaruh terhadap berbagai negara.
"Pokoknya buat China barang dia jadi lebih murah dijual ke AS, Jadi ketika dikenakan bea masuk dampaknya enggak besar. Masalahnya ketika yuan melemah itu banyak negara ikut melemah," ujar Darmin.
ADVERTISEMENT
Seperti dilansir dari Reuters, Selasa (6/8), bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street merosot tajam pada penutupan perdagangan Senin (6/8).
Hal itu, disinyalir disebabkan China yang membiarkan mata uangnya, yuan, terus merosot sebagai respons ucapan Presiden AS Donald Trump yang berencana mengenakan tarif sebesar 10 persen pada produk impor dari China.
Nilai yuan yang merosot ke level terendahnya 7 per dolar AS dalam lebih satu dekade terakhir, dinilai Trump sebagai pelanggaran besar. Sebab China dianggap membiarkan hal tersebut.