Darmin: Rupiah Terlalu Murah, Seharusnya Bisa Menguat Lagi

28 November 2018 13:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah memproyeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berpeluang menguat. Sebab kurs rupiah saat ini masih di bawah nilai fundamentalnya. Berdasarkan data Reuters siang ini, nilai rupiah mencapai Rp 14.515 per dolar AS, melemah dibandingkan pembukaan tadi pagi Rp 14.500 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordintor Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kurs rupiah bahkan terlalu murah atau on the bottom (di bawah nilai fundamentalnya). Sehingga hal ini diharapkan dapat mendorong masuknya investasi asing ke RI.
"Rupiah sudah on the bottom. Dan analis internasional sudah mengakui, terlalu overweight," kata Darmin saat diskusi soal perang dagang di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (28/11).
Namun menurut dia, pada periode November ini kurs rupiah sudah mengalami perbaikan dibandingkan beberapa bulan sebelumnya yang bahkan sempat menyentuh level psikologis Rp 15.000 per dolar AS.
Menurut Darmin, momentum ini lah yang dirasa pemerintah cukup baik untuk menarik investasi asing. Apalagi Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuannya ke level 6 persen di bulan ini.
ADVERTISEMENT
"Kursnya itu lumayan dari Rp 15.200 jadi Rp 14.400. Tapi memang kita harus memanfaatkan momentum itu. Ketika BI menaikkan suku bunga, saya bilang itu bagus. Kami menambah dengan mengeluarkan paket," katanya.
Dengan adanya kenaikan suku bunga acuan dan dikeluarkannya paket kebijakan ekonomi ke-16, mantan Gubernur BI itu optimistis rupiah akan kembali menguat. Namun untuk level fundamental rupiah itu, Darmin enggan menyebutkan lebih lanjut.
"Beda-beda orang bicara, ada yang bilang Rp 14.100 sampai Rp 14.200 per dolar AS, macam-macam tapi ada yang bilang bisa Rp 13.800 per dolar AS. Jadi tidak perlu ditanya, tapi masih ada ruang (untuk menguat)," tambahnya.