Darmin: Tak Bisa Lagi Pakai Cara Umum untuk Genjot Ekspor

16 Mei 2019 11:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah mencari cara untuk menambal defisit neraca perdagangan. Salah satunya dengan menyisir industri yang sangat potensial untuk mendorong ekspor.
ADVERTISEMENT
Adapun neraca perdagangan selama April 2019 mencatatkan defisit sebesar USD 2,5 miliar atau sekitar Rp 36 triliun (kurs Rp 14.400), defisit bulanan terparah sepanjang sejarah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, saat ini pemerintah tak lagi bisa menggunakan cara umum untuk mendorong ekspor. Untuk itu, pihaknya akan melihat industri mana yang bisa mendorong ekspor lebih tinggi.
"Di ekspor, kita harus berikan beberapa pendorong, enggak bisa lagi berusaha secara umum. Kita coba lihat lah yang paling siap komoditasnya apa, kita bicara industrinya apa," ujar Darmin saat ditemui kumparan, Kamis (16/5).
Fasilitas penampungan barang curah berupa semen milik PT Semen Indonesia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu mencontohkan, industri yang paling potensial untuk didorong ekspornya adalah makanan dan minuman serta elektronik. Dua industri ini dinilai bisa menjadi andalan ekspor di tengah situasi global yang tak menentu.
ADVERTISEMENT
"Enggak bisa lagi secara global. Harus secara industrinya apa. Terutama makanan minuman, elektronik," jelasnya.
Namun dia memahami, ekspor saat ini sulit untuk menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Selain konsumsi rumah tangga, investasi masih akan diandalkan untuk mendorong perekonomian domestik.
"Jadi memang dunia sedang agak merosot. Sehingga untuk ekspor pasti agak susah jalannya. Tapi investasi masih bisa diandalkan ke pertumbuhan," kata dia.
Untuk itu, investasi juga diharapkan bisa masuk ke sektor yang berorientasi ekspor. "Ya kita mau enggak mau investasi masuk ke sektor ekspor," tambahnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor selama bulan lalu sebesar USD 12,6 miliar, turun 10,8 persen secara bulanan (mtm) dan turun 13,1 persen secara tahunan (yoy).
ADVERTISEMENT
Impor tercatat lebih tinggi, sebesar USD 15,1 miliar, naik 12,25 persen (mtm). Namun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, impor mengalami penurunan 6,58 persen (yoy).
Defisit neraca perdagangan di bulan lalu lebih disebabkan oleh neraca migas yang juga mencatatkan defisit migas sebesar USD 1,49 miliar, sementara neraca nonmigas defisit USD 1 miliar.
Adapun impor migas selama April 2019 tercatat USD 2,24 miliar atau naik 46,99 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara impor nonmigas mencapai USD 12,86 atau naik 7,82 persen (mtm).
Impor dari China masih mendominasi, yakni mencapai USD 14,37 miliar atau naik 29,47 persen (yoy). Disusul oleh impor dari Jepang sebesar USD 5,32 miliar atau naik 10,92 persen (yoy), dan Thailand sebesar USD 3,21 miliar atau naik 6,59 persen (yoy).
ADVERTISEMENT