Defisit dengan China Turun, AS Hadapi Ancaman Dagang Baru dari Eropa

18 April 2019 13:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendera Uni Eropa Foto: REUTERS/Yves Herman
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Uni Eropa Foto: REUTERS/Yves Herman
ADVERTISEMENT
Defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) terhadap China, pada bulan Februari lalu mencatatkan posisi terendah dalam 8 bulan. Tapi di tengah relasi dagang yang membaik dengan China, AS kini menghadapi ancaman perang dagang baru dari Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Defisit perdagangan pada Februari turun 3,4 persen menjadi USD 49,4 miliar, level terendah sejak Juni 2018. Angka itu di bawah konsensus ekonom yang disurvei Reuters, yang mematok perkiraan defisit perdagangan di Februari melebar jadi USD 53,5 miliar.
Penurunan defisit pada Februari itu, merupakan bulan kedua sepanjang 2019.
Data Departemen Perdagangan AS mengungkapkan, penurunan defisit yang tajam ini, terutama dipengaruhi anjloknya impor dari China. Pada sisi lain, ekspor AS melonjak, salah satunya disumbang dari ekspor pesawat oleh Boeing.
Tapi tren lonjakan ekspor pesawat ini, diperkirakan akan berbalik menurun di bulan-bulan berikutnya, menyusul larangan terbang Boeing 737 Max.
Sementara itu impor AS dari China anjlok 20,2 persen. Pada sisi lain, ekspor AS ke China melonjak 18,2 persen pada Februari.
ADVERTISEMENT
Ekonom memperingatkan, defisit perdagangan akan tetap tinggi sekalipun Amerika Serikat dan Cina mencapai kesepakatan yang bisa meredakan perang dagang di antara kedua negara.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: Reuters/Thomas Peter
"Bahkan jika negosiasi perdagangan dengan China rampung, pemerintahan Trump kemungkinan akan mengalihkan aliran perdagangan ke negara lain. Dan ini dampak ke defisit perdagangan AS sangat kecil," kata ekonom Moody's Analytics di West Chester, Pennsylvania, Emily Mandel.
Pembicaraan antara Washington dan Beijing untuk menyelesaikan perang dagang, telah berlangsung panjang meski belum juga menghasilkan kesepakatan akhir. Bahkan masalah ini juga telah menyeret mitra dagang AS lainnya, termasuk Uni Eropa.
28 negara anggota UE, telah memasukkan sejumlah produk impor asal AS ke dalam daftar yang akan dinaikkan bea masuknya. Mulai dari pesawat, traktor, makanan, ikan beku, konsol game, hingga tas tangan. Uni Eropa mengincar tambahan bea masuk sebesar USD 20 miliar.
Trump dan Macron di Mount Vernon. Foto: REUTERS/Joshua Roberts
Ancaman perang dagang AS dan Uni Eropa, antara lain dipicu tudingan pemberian subsidi terhadap industri pesawat mereka masing-masing. Yakni AS dengan Boeing-nya dan Uni Eropa dengan Airbus. Masalah ini telah disengketakan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), selama 15 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Selain itu, AS juga akan mencabut larangan terhadap warganya untuk mengajukan gugatan terhadap korporasi yang berbisnis di Kuba. Di antara korporasi itu, termasuk yang berasal dari Uni Eropa.
Washington pada pekan lalu, juga telah mengeluarkan daftar tujuh halaman, berisi produk UE yang jadi target pengenaan tarif impor baru. Mulai dari pesawat berbadan lebar, produk susu, hingga anggur. AS mengincar penerimaan tambahan sebesar USD 11 miliar, yang diklaim sebagai nilai yang setara dengan kerugian mereka akibat subsidi UE untuk Airbus.