Defisit Neraca Perdagangan di April 2019 Terparah Sepanjang Sejarah

15 Mei 2019 12:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BPS Suhariyanto (tengah) pada Konferensi Pers Neraca Perdagangan Maret 2019 di Gedung BPS, Jakarta. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BPS Suhariyanto (tengah) pada Konferensi Pers Neraca Perdagangan Maret 2019 di Gedung BPS, Jakarta. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit neraca perdagangan mencapai USD 2,5 miliar di April 2019. Ini merupakan defisit neraca dagang terparah sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT
Defisit neraca dagang secara bulanan di April 2019 anjlok dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan surplus USD 540 juta. Namun jika ditarik lebih jauh, neraca dagang di Juli 2013 juga mencatatkan defisit sebesar USD 2,3 miliar.
"Untuk defisit USD 2,5 miliar bulanan ini, di data saya Juli 2013 itu USD 2,3 miliar defisitnya, enggak ada lagi," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (15/5).
Adapun defisit neraca perdagangan di bulan lalu lebih disebabkan oleh neraca migas yang juga mencatatkan defisit migas sebesar USD 1,49 miliar, sementara neraca nonmigas defisit USD 1,00 miliar.
Adapun impor migas selama April 2019 tercatat USD 2,24 miliar atau naik 46,99 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara impor nonmigas mencapai USD 12,86 atau naik 7,82 persen (mtm).
ADVERTISEMENT
Jika dirinci lebih lanjut, impor barang konsumsi mencapai USD 1,42 miliar atau meningkat 24,12 persen (mtm). Suhariyanto bilang, hal tersebut normal untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadhan dan Lebaran.
"Impor barang konsumsi ini mendekati Ramadhan terlihat bergeliat dan ini diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumsi Ramadhan dan Lebaran," katanya.
Adapun impor barang konsumsi yang meningkat antara lain daging, yakni boneless of bovine animal frozen yang, apel, pir, serta sepatu olahraga.
"Tapi kalau secara tahunan, konsumsi ini turun 5,37 persen. Artinya memang ini mengikuti trennya saja," kata dia.
Secara kumulatif sejak Januari hingga April 2019, total impor sebesar USD 55,77 miliar atau turun 7,24 persen (yoy).
Impor dari China masih mendominasi yakni mencapai USD 14,37 miliar atau naik 29,47 persen (yoy). Disusul oleh impor dari Jepang sebesar USD 5,32 miliar atau naik 10,92 persen (yoy), dan Thailand sebesar USD 3,21 miliar atau naik 6,59 persen (yoy).
ADVERTISEMENT