Devisa yang Diterima RI Setahun dari Ekspor Tuna Capai Rp 7,9 Triliun

31 Mei 2018 13:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ikan Tuna di Laut Bone (Foto: Dok. Ketua LSM Yayasan Mattirotasi)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan Tuna di Laut Bone (Foto: Dok. Ketua LSM Yayasan Mattirotasi)
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan salah satu produsen ikan tuna terbesar di dunia. Alasannya, letak geografis Indonesia sangat strategis yaitu diapit Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
ADVERTISEMENT
Tuna tergolong ikan spesies yang suka bermigrasi (migratory species). Di Indonesia, ada berbagai macam jenis tuna yang mudah ditemukan seperti bigeye (mata besar), bluefin (sirip biru), skipjack (cakalang) dan yellowfin (sirip kuning).
Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Zulficar Mochtar mengungkapkan, di tahun 2017 lalu, Indonesia mengekspor sekitar 198.131 ton ikan tuna ke berbagai negara. Nilainya mencapai USD 569 juta atau sekitar Rp 7,9 triliun (kurs Rp 14.000).
"Kontribusi Indonesia itu sangat signifikan," katanya saat menghadiri pertemuan 3rd Tuna Bali Conference di Padma Resort Legian, Kamis (31/5).
Dijelaskan Zulficar, Indonesia memang tercatat sebagai salah satu negara penghasil ikan tuna terbesar di dunia. Dari sekitar 7,7 juta ton ikan tuna di seluruh dunia pada tahun 2016, sebesar 16% atau sekitar 1,2 juta ton dihasilkan dari Indonesia.
Ikan Tuna di Laut Bone (Foto: Dok. Ketua LSM Yayasan Mattirotasi)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan Tuna di Laut Bone (Foto: Dok. Ketua LSM Yayasan Mattirotasi)
Hanya saja, rendahnya nilai ekspor produk perikanan tuna Indonesia disebabkan oleh hambatan tarif yang diberlakukan oleh banyak negara. Pasar ekspor tuna terbesar Indonesia adalah ke Jepang dan Uni Eropa. Namun faktanya, untuk memasukkan ikan tuna Indonesia ke dua negara tersebut sangat sulit.
ADVERTISEMENT
Misalnya di Jepang, produk ikan tuna asal Indonesia dikenakan pajak bea masuk sebesar 7%. Sedangkan di Uni Eropa jauh lebih besar, pajak bea masuknya bisa sampai 15-20%. Untuk itu, KKP akan terus berjuang agar Indonesia bisa mendapatkan fasilitas bebas pajak agar nilai ekspor bisa jauh lebih besar.
"Pendekatan-pendekatan itu yang harusnya diantisipasi. Saya yakin dengan cara pendekatan persuasif bisa menurunkan tarif bea masuk ekspor tuna," imbuhnya.
Selain rutin melobi berbagai negara untuk menurunkan tarif bea masuk tuna asal Indonesia, KKP juga mengedukasi nelayan tangkap tuna agar tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan. Lalu mendorong para nelayan untuk mendapatkan sertifikasi The Marine Steward Council (MSC). Sertifikat MSC ini memliki manfaat yaitu dapat meningkatkan peluang pasar ekspor ikan tuna dengan harga jual premium.
ADVERTISEMENT
"Kita harus mengatasi tarif bea yang tinggi ini, salah satunya dengan meningkatkan kualitas ikan tuna kita sendiri. Kita kan kebanyakan itu nelayan skala kecil, nah kita beri mereka pelatihan supaya bisa mengelola ikan tuna secara berkelanjutan dan ikan tunanya memenuhi standar internasional,” jelasnya.