Di Balik Kisruh Pembaruan Sistem Tiket KRL

10 Agustus 2018 11:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KCI merambah bisnis uang elektronik. (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
KCI merambah bisnis uang elektronik. (Foto: kumparan)
ADVERTISEMENT
Tak pernah terbayangkan oleh Rahmi Nadia, perjalanan ke kantor menggunakan kereta commuter line pada Senin (23/7) silam akan menjadi kekisruhan. Warga Komplek Perumahan Yasmin di Bogor itu, setiap pagi mengandalkan KRL rute Bogor- Kota, untuk menjangkau kantornya di kawasan Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Hal itu bermula ketika PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL, melakukan pembaruan atau upgrade tiket elektronik. Menyadari pekerjaan itu akan mengganggu perjalanan pengguna KRL, KCI melakukannya di akhir pekan yakni Sabtu (21/7), saat penumpang KRL tak sepadat di hari kerja.
Namun pekerjaan yang diharapkan tuntas dalam waktu cepat, ternyata molor. Sistem tiket elektronik baru, belum berfungsi ketika hari sudah masuk Senin, saat penumpang KRL sedang padat-padatnya. Rahmi dan jutaan pengguna KRL pun, harus menghadapi antrean di pagi buta saat akan menggunakan KRL.
Ini karena untuk mengatasi tiket elektronik yang tak berfungsi, KCI menjual tiket kertas seharga Rp 3.000 kepada para penumpangnya. Para pengguna KRL yang sudah mengantongi Kartu Multi Trip (KMT) pun, harus antre di loket untuk membeli tiket kertas.
ADVERTISEMENT
“Saya sudah tahu gangguan sistem tiket KRL dari Twitter sejak Minggu (22/7) malam. Makanya saya berangkat lebih awal dan tiba di stasiun sejam lebih cepat dari biasanya. Tapi antrean orang sudah padat banget waktu itu. Suasana kisruh, karena enggak semua orang tahu ada gangguan di sistem tiket KRL,” katanya mengenang.
Sejumlah calon penumpang antre membeli tiket kertas di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah calon penumpang antre membeli tiket kertas di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Kepadatan yang sama parahnya, juga terjadi di stasiun-stasiun lain. Seperti Bekasi, Tangerang, Bojong Gede, dan sejumlah stasiun lainnya.
Koordinator KRL Mania, Nurcahyo mengatakan, seharusnya pembaruan tidak memakan waktu di hari kerja, terutama di Senin yang padat penumpang. “Sosialisasi sih sudah dari beberapa hari sebelumnya ya. Tapi ternyata Senin enggak bisa dan ujung-ujungnya pakai tiket kertas. Beberapa teman yang ngerti IT sih menyayangkan kenapa bisa selama ini perbaikannya,” kata Nurcahyo.
ADVERTISEMENT
Corporate Communication Manager PT KCI Adli Hakim Nasution mengatakan, pembaruan sistem memang tak bisa ditunda lagi, sebab belum ada pembaruan sejak sistem ini diberlakukan pertama kali pada 2013 silam. “Jadi sudah lima tahun sejak kita pakai sistem e-ticketing ini. Makanya kami lakukan pembaruan,” kata dia saat ditemui kumparan di kantor PT KCI di Stasiun Juanda, Jakarta, (6/8).
Dia mengatakan pembaruan sistem yang dilakukan selama tiga hari itu terjadi pada pembenahan dari sisi software dan hardware. Untuk hardware, kata dia, petugas mengganti sim card yang ada di dalam mesin gate. Total ada 760 gate yang tersebar di semua semua stasiun di Jabodetabek.
Sejumlah calon penumpang antre membeli tiket kertas di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah calon penumpang antre membeli tiket kertas di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Dia bilang di dalam mesin gate, memiliki 6 sim card di gate in dan 6 sim card di gate out. Rinciannya, 4 sim card untuk 4 bank yang selama ini menjadi alat bayar, yaitu Flazz BCA, Brizzi BRI, BNI Tap Cash, dan E-money Mandiri. 2 simcard sisanya untuk Kartu Multi Trip (KMT) dan Tiket Harian Berjaminan (THB) yang dikeluarkan oleh PT KCI.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk software-nya, kata dia, itu yang membuat pembaharuan memakan waktu lama. Sebab, tim baru bekerja saat operasional KRL sudah sepi, sekitar pukul 24.00 WIB ke atas. Sementara, waktu yang dimiliki tim IT hanya sedikit karena pukul 03.00 WIB dini hari, loket KRL sudah buka untuk kereta pertama jalan pukul 04.00 WIB.
Dengan kata lain, kata Adli, waktu yang dimiliki KCI hanya 2-3 jam untuk upgrading software karena ini tidak bisa dilakukan saat gate tengah digunakan banyak penumpang yang masuk dan keluar stasiun.
“Kemarin kan kita bilang window time-nya sempit, bayangkan kita punya gate itu 760. Ini di semua stasiun dalam waktu satu malam itu harus diganti semua perangkatnya. Kalau kita nunggu kereta terakhir, tidak akan sempat. Ini sebelum kereta terakhir sudah mulai diganti, pas sudah mulai sepi diganti pelan-pelan,” ungkap Adli.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, kalau penggatian sim card bisa cepat. Tapi upgrade software baru bisa dilakukan saat loket tutup. Karena kalau di-upgrade sambil layanan tiket tetap jalan, menurutnya tak bisa dilakukan. Selain jumlah gate sebanyak 760, ditambah perangkat lainnya ada 1.800 perangkat. Yang harus upgrade software.
Sementara, kata dia, jika pembaruan pada Senin itu tertunda, akan memakan waktu lebih lama lagi. Karena itu, perusahaan pun mengambil tindakan untuk kembali memberlakukan tiket kertas untuk meminimalisir antrean lebih panjang lagi. Pembelakuan tiket kertas pun, kata dia, sudah sesuai Standar Operasional Perusahaan yang boleh digunakan saat waktu terdesak.
“Itu sudah ada di SOP sejak e-ticketing diberlakukan 2013 lalu. Jadi enggak ujug-ujug. Itu bagian dari service recovery dari kami. Itu jalan terbaik,” katanya.
ADVERTISEMENT