Di Tahun Politik, Masyarakat Lebih Pilih Menabung Ketimbang Belanja

16 April 2018 12:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
GAP di Grand Indonesia (Ritel yang akan tutup). (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
GAP di Grand Indonesia (Ritel yang akan tutup). (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia pada kuartal IV 2017 tercatat menurun dua peringkat menjadi 125 dari periode tiga bulan sebelumnya di angka 127.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Nielsen beberapa waktu lalu, penjualan barang konsumsi selama periode Januari-September 2017 juga hanya tumbuh 2,7%, masih mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 7,7% atau di bawah rata-rata penjualan tahunan 11% selama sepuluh tahun terakhir.
Tak hanya itu, survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel kuartal I 2018 hanya tumbuh sebesar 0,5% (yoy), melambat dibandingkan kuartal IV 2017 yang tumbuh 1,8% (yoy), maupun periode yang sama tahun lalu yang sebesar 4,8% (yoy).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara membenarkan, jika saat ini kepercayaan konsumen mengalami penurunan. Penurunan daya beli masyarakat, kata Bhima, menjadi salah satu penyebab rendahnya kepercayaan konsumen di kuartal IV 2017.
Ritel Cotton Ink di Mall Kota Kasablanka (Foto: Yuana Fatwa/kumparanlloh)
zoom-in-whitePerbesar
Ritel Cotton Ink di Mall Kota Kasablanka (Foto: Yuana Fatwa/kumparanlloh)
"Betul problem saat ini adalah soal kepercayaan konsumen yang rendah. Faktornya sebenarnya bukan karena resesi karena kekhawatiran itu masih jauh. Saat ini bukan resesi tapi penurunan daya beli masyarakat, karena ekonomi masih tumbuh 5,07% di 2017 agak melambat tapi masih tumbuh positif," kata Bhima kepada kumparan (kumparan.com), Senin (16/4).
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, menurut Bhima, penyebab rendahnya kepercayaan konsumen juga dipengaruhi oleh risiko di tahun politik yang akhirnya membuat masyarakat lebih memilih menabung dibandingkan melakukan ekspansi usaha atau belanja.
"Akhirnya masyarakat memang cenderung menabung sebagai sikap berjaga-jaga. DPK (Dana Pihak Ketiga) per Februari masih gemuk dengan growth 8,2% atau Rp 1.938 triliun," jelasnya.
Ia meminta agar pemerintah turut serta untuk dapat mengembalikan peningkatan daya beli masyarakat. Misalnya dengan memberikan stimulus seperti penyaluran bansos dan lain-lain.
"Sekarang solusinya ada di pemerintah. Dorong penyaluran bansos, efektifkan pengendalian inflasi khususnya bahan-bahan kebutuhan pokok dan tambah subsidi BBM serta normalisasi penyaluran premium," ujarnya.