Di Tengah Krisis Argentina, Coca-Cola Janji Investasi Rp 16,8 Triliun

30 Mei 2018 8:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Argentina (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Argentina (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Produsen minuman Coca-Cola Co menjanjikan peningkatan investasi di Argentina, hingga USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 16,8 triliun (Kurs Rp 14.000). Komitmen investasi itu disampaikan pada Selasa (29/5), sebagai dukungan bagi pemerintahan Presiden Mauricio Macri yang sedangan menghadapi masa-masa sulit.
ADVERTISEMENT
Di bawah kepemimpinan Macri sejak 2015 lalu, Argentina didera krisis ekonomi. Pemerintah tengah berupaya menahan aliran modal keluar. Bank sentral menaikkan suku bunga menjadi 40%, tercatat sebagai yang tertinggi di dunia saat ini. Macri juga sedang menegosiasikan pendanaan siaga dari Dana Moneter Internasional (IMF), untuk mengatasi depresiasi mata uangnya yang sangat dalam.
Akibat krisis ekonomi ini, popularitas Macri menurun drastis. Lawan-lawan politiknya di Senat tengah berusaha meloloskan rancangan undang-undang, yang mencegah pemerintah menaikkan harga berbagai kebutuhan. Macri mengatakan Argentina tidak mampu untuk tidak menaikkan harga energi dan transportasi, untuk menurunkan defisitnya. Dia kemungkinan akan memveto RUU itu.
Di tengah situasi yang tak menentu, komitmen investasi Coca-Cola sedikit memberi dukungan bagi pemerintah. Janji investasi sebesar USD 1,2 miliar itu, akan direalisasikan dalam 3 tahun mendatang, yakni dari 2019 hingga 2021.
Coca Cola (Foto: Instagram/@cocacola)
zoom-in-whitePerbesar
Coca Cola (Foto: Instagram/@cocacola)
Angka itu naik naik dibandingkan komitmen investasi pada 2016-2018 yang sebesar USD 1 miliar. "Ini bentuk tanggung jawab sektor korporasi dalam momen transendental bagi negara ini," kata juru bicara Coca-Cola seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Coca-Cola adalah salah satu perusahaan pertama yang menjanjikan investasi besar di Argentina setelah Macri mengambil alih pemerintahan pada akhir 2015 menjanjikan reformasi yang ramah-bisnis, setelah lebih dari satu dekade arah kebijakan negara yang cenderung populis.