Dibilang Menteri Utang, Sri Mulyani Jawab Lewat Puisi dan Al-Baqarah

3 Februari 2019 10:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sri Mulyani Sidak Kantor Pajak  Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sri Mulyani Sidak Kantor Pajak Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani tak diam saat calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, menyematkan gelar menteri pencetak utang disematkan padanya oleh . Prabowo menyebut Sri Mulyani sebagai 'Menteri Pencetak Utang' ketika berpidato dalam acara dukungan alumni perguruan tinggi di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini, Jakarta, Sabtu (25/1). Sri Mulyani membalas ucapan Prabowo lewat puisi. Dalam puisinya, Sri Mulyani juga membeberkan kinerja yang telah dilakukan seluruh jajaran kementeriannya selama menjabat. Berikut rangkuman kumparan: Puisi Sri Mulyani Sri Mulyani membantah tudingan Prabowo dengan memaparkan prestasi yang telah dibuat. Mulai dari membangun infrastruktur, penyediaan subsidi, jaminan kesehatan, hingga upaya mengentas kemiskinan. Dalam sebuah postingan di Instagram, Sri Mulyani seolah menantang sang pemberi gelar untuk adu prestasi dan kinerja yang sudah diberikan bagi negara. Tantangan ini dia tuangkan dalam bentuk puisi dari caption sebuah foto yang diunggah pada Jumat (1/2). Berikut kutipan caption dari Instagram @smindrawati yang berhasil menuai 222.448 likes: Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang, Kami menyelesaikan ribuan kilometer jalan raya, tol, jembatan untuk rakyat, untuk kesejahteraan. Kami menyelesaikan puluhan embung dan air bersih bagi jutaan saudara kita yang kekeringan. Puluhan ribu rumah untuk mereka yang memerlukan tempat berteduh. Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang, Kami bekerja menyediakan subsidi. Jutaan sambungan listrik untuk rakyat untuk menerangi kehidupan, hingga pelosok. Kami terus bekerja meringankan beban hidup 10 juta keluarga miskin. Menyediakan bantuan pangan 15 juta keluarga miskin. Menyekolahkan 20 Juta anak miskin untuk tetap dapat belajar menjadi pintar. Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang, Kami bekerja siang malam menyediakan jaminan, agar 96,8 juta rakyat terlindungi dan tetap sehat. Merawat ratusan ribu sekolah dan madrasah, agar mampu memberi bekal ilmu dan taqwa bagi puluhan juta anak-anak kita untuk membangun masa depannya. Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang, Kami tak pernah berhenti, agar 472.000 mahasiswa menerima beasiswa untuk menjadi pemimpin masa depan. 20.000 generasi muda dan dosen berkesempatan belajar di universitas terkemuka dunia untuk jadi pemimpin harapan bangsa. Puluhan juta petani mendapat subsidi pupuk, benih, dan alat pertanian, 170.400 hektar sawah beririgasi untuk petani.Jutaan usaha kecil mikro memiliki akses modal yang murah. Jutaan penumpang kereta dan kapal yang menikmati subsidi tiket. Jutaan keluarga menikmati bahan bakar murah. Jutaan pegawai negeri, guru, prajurit, polisi, dokter, bidan, dosen hingga peneliti mendapat gaji dan tunjangan untuk mengabdi negeri. Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang, Kami terus bekerja, agar 74.953 desa mampu membangun, membasmi kemiskinan. 8.212 kelurahan terbantu untuk melayani rakyat kebih baik. Triliunan rupiah tersedia membantu saudara kita yang terkena bencana membangun kembali kehidupannya. Dan masih banyak lagi yang aku mau ceritakan padamu. Agar engkau tidak lupa. Karena itu adalah cerita tentang kita membangun Indonesia. Aku tak ingin engkau lupa itu. Sama seperti aku tak ingin engkau lupa akan sejarah negeri kita. Aku perempuan yang memenuhi panggilan ibu pertiwi. Aku perempuan, aku tidak surut demi kecintaanku kepada negeri, untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Aku dan tujuh puluh enam ribu jajaran Kemenkeu, adalah kami. Kami tidak pernah lelah mencintai dan membangun Indonesia. Bagaimana engkau? Penjelasan Sri Mulyani Tidak hanya dari puisi, tercatat beberapa kali Sri Mulyani juga telah melakukan pembelaan dalam sejumlah kesempatan. Pembelaan pertamanya dilakukan saat Sri mulyani menghadiri rapat kerja nasional Kementerian Agama (Kemenag). Dia pun meminta Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin untuk turut membantu menjelaskan ke masyarakat mengenai fungsi utang. Dalam acara tersebut, Sri Mulyani sambil berguyon memberi pertanyaan kepada Lukman terkait acara beasiswa santri beberapa waktu lalu, yang dibuka oleh seorang santri yang membacakan ayat suci Al-Quran surat Al-Baqarah mengenai utang. "Pak Lukman pasti lupa. Tapi saya masih ingat. Itu Al-Baqarah yang isinya mengenai utang. Mencatatlah utang secara teliti dan hati-hati. Saya lakukan itu. Kalau saya enggak lakukan itu saya enggak mungkin jadi Menteri Keuangan terbaik di dunia, enggak mungkin," kata dia.
Sri Mulyani Foto: Facebook Sri Mulyani
Selain itu, penghargaan dunia yang menjadikannya sebagai Menteri Keuangan Terbaik di awal tahun ini lantaran dirinya selalu teliti dan hati-hati dalam mengelola utang. "Di Dubai juga, saya dapat penghargaan Menteri Terbaik di Dunia. Enggak mungkin, kalau enggak saya lakukan itu (mencatat dengan hati-hati). Kita kelola APBN secara hati-hati, mengenai utang," tambahnya. Bagaimana faktanya? Total utang pemerintah pusat selama 2018 mencapai Rp 4.418,3 triliun. Angka itu meningkat 10,59 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama atau sepanjang 2017 yang sebesar Rp 3.995,2 triliun. Berdasarkan data resmi terbaru Kementerian Keuangan, Rabu (23/1), total utang tersebut terdiri dari pinjaman sebesar Rp 805,62 triliun dan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 3.612,69 triliun. Secara rinci, pinjaman tersebut terdiri dari pinjaman luar negeri sebesar Rp 799,04 triliun dan pinjaman dalam negeri Rp 6,57 triliun. Sementara untuk SBN, terdiri dari SBN berdenominasi rupiah sebesar Rp 2.601,6 triliun, mencakup Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp 2.168 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp 433,63 triliun. Sementara SBN berdenominasi valas mencapai Rp 1.011,05 triliun, terdiri dari SUN Rp 799,6 triliun, dan SBSN Rp 211,4 triliun. Dengan produk domestik bruto (PDB) selama tahun lalu sebesar Rp 14.735,85 triliun, maka rasio utang pemerintah sebesar 29,98 persen terhadap PDB.
ADVERTISEMENT