Dihambat di India dan Eropa, Sawit Tak Lagi Sumber Devisa Terbesar RI

8 Agustus 2018 18:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh memanen kelapa sawit di Desa Sukasirna, Cibadak, Kabupaten Sukabumi. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
zoom-in-whitePerbesar
Buruh memanen kelapa sawit di Desa Sukasirna, Cibadak, Kabupaten Sukabumi. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
ADVERTISEMENT
Perluasan program penggunaan biodiesel 20 persen (B20) ke sektor non Public Service Obligation (PSO) dinilai mampu menekan impor migas yang pada akhirnya dapat memperbaiki neraca dagang Indonesia.
ADVERTISEMENT
Adapun selama semester I 2018, neraca perdagangan dari sektor migas mengalami defisit USD 5,4 miliar atau sekitar Rp 77,8 triliun (kurs Rp 14.400), lebih dalam dibandingkan defisit periode yang sama tahun lalu sebesar USD 4 miliar.
Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Togar Sitanggang mengatakan, ekspor kelapa sawit hingga saat ini mengalami tren penurunan. Dia memproyeksi, ekspor sawit hingga akhir tahun akan menurun 5 persen, lebih rendah dari prediksi awal yang naik 10 persen.
"Makanya B20 ini akan mengurangi tekanan impor solar pada sektor non PSO. Data Januari-Juni terjadi tren penurunan ekspor, tapi 2018 masih bisa turun 5 persen, waktu itu kami memperkirakan naik 10 persen," ujar Togar saat diskusi di Hotel Millenium Sirih, Jakarta, Rabu (8/8).
ADVERTISEMENT
Dia pun mengatakan, hal tersebut disebabkan oleh negara importir sawit seperti India dan Uni Eropa yang berulah. Togar bilang, negara-negara tersebut menaikkan bea masuk, sehingga stok sawit Tanah Air melimpah, namun harga jatuh.
"Negara importir sawit berulah, India kenakan pajak ekspor, Uni Eropa juga pajak ekspor, ini tren sampai sekarang. Ini akibatkan tinggi stok, rendahnya harga," jelasnya.
Togar juga menyebut tahun ini sawit tak lagi bisa menjadi sektor penyumbang devisa hasil ekspor (DHE) terbesar bagi Indonesia karena kondisi tersebut.
Ilustrasi Biodiesel (Foto: Reuters/Mike Blake)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Biodiesel (Foto: Reuters/Mike Blake)
"Artinya, kalau kita lihat sawit menyumbang devisa terbesar, tahun ini kami tidak besar seperti tahun lalu. Ini juga yang mempengaruhi neraca perdagangan kita," tambahnya.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution sebelnya mengatakan, penerapan biodiesel 20 (B20) bisa ampuh menekan defisit dagang. Dia pun memproyeksi jika B20 telah diterapkan, maka hingga akhir tahun neraca dagang bisa mengalami surplus.
ADVERTISEMENT
"Sekarang defisit migas kita kira kira USD 5,4 miliar satu semester. Nonmigas kita surplus tapi hanya USD 4,4 miliar, begitu digabung hasilnya defisit. Kami percaya begitu laksanakan B20, sampai akhir tahun secara total kita tidak defisit lagi, ditambah dengan kegiatan pariwisata," ujar Darmin.