Dilantik Jadi Bos Baru The Fed, Akan Seperti Apa Kebijakan Powell?

5 Februari 2018 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampak dekat gedung The Fed. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tampak dekat gedung The Fed. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jabatan Janet Yellen sebagai Kepala Bank Sentral Amerika Serikat (AS), berakhir pekan lalu. Sebagai penggantinya, Jerome Powel akan dilantik sebagai orang nomor satu di The Federal Reserve (The Fed), pada Senin (5/2) waktu AS.
ADVERTISEMENT
Presiden AS Donald Trump sudah menunjuk Powell sebagai bos baru di The Fed, pada Kamis 2 November 2017 lalu. Penunjukkan ini mematahkan spekulasi yang sempat muncul, bahwa Trump akan kembali menunjuk Janet Yellen, untuk masa jabatan periode kedua.
Meski bukan doktor ekonomi, pria bernama lengkap Jerome Hayden Powell yang biasa disapa Jay itu, sudah menjabat anggota dewan gubernur The Fed sejak Mei 2012. Saat itu dia ditunjuk Presiden Obama untuk duduk di jajaran petinggi The Fed. Sehingga penunjukan Powell mendapat apresiasi dari kalangan analis dan pelaku pasar di AS.
"Powell sosok disegani di komite (Federal Open Market Committee, FOMC), cerdas, dan akan baik bagi perekonomian. Walaupun dia belum menetapkan suatu kebijakan moneter, tapi punya pengalaman memadai di The Fed," kata konsultan di Peterson Institute for International Economy, Joseph Gagnon, yang juga mantan pejabat Fed kepada AFP.
ADVERTISEMENT
Analis mengatakan, pria 65 tahun ini akan menawarkan arah kebijakan moneter yang hati-hati untuk menaikkan suku bunga. Sosok ini juga dinilai terbuka terhadap agenda deregulasi pemerintah, dan mengabaikan persepsi bahwa dia sebagai “orangnya Obama”.
Powell memiliki pembawaan kalem, dengan orientasi kebijakan bidang moneter yang sama hati-hatinya dengan Janet Yellen. Dia berpandangan, kenaikan suku bunga acuan harus dilakukan secara gradual dengan memperhatikan berbagai indikator makro ekonomi.
Donald Trump dan Jerome Powell (Foto: Carlos Barria/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump dan Jerome Powell (Foto: Carlos Barria/Reuters)
Meski demikian, tantangan yang akan dihadapi Powell saat ini berbeda dengan Yellen. Powell mengawali jabatan di tengah kejatuhan Wall Street. Indeks acuan Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 666 poin pada Jumat (2/2) pekan lalu. Ini penurunan terbesar dalam 20 bulan.
Pasar tenaga kerja juga akan lebih ketat. Pada saat yang sama, utang federal berpotensi meningkat, untuk menutupi defisit anggaran yang membesar. Hal ini sebagai dampak dari kebijakan pemangkasan pajak oleh Presiden Trump.
ADVERTISEMENT