Dinilai Ribet, Transaksi Pakai QR Code di PKL Cuma Bertahan Sebulan

24 Agustus 2018 11:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Papan QR Code pada PKL di belakang BRI Semanggi, Jakarta, Jumat (24/08/2018). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Papan QR Code pada PKL di belakang BRI Semanggi, Jakarta, Jumat (24/08/2018). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Masyarakat Indonesia sepertinya belum siap masuk ke dunia digital dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya soal penggunaan transaksi nontunai berbasis teknologi QR-code.
ADVERTISEMENT
Di sepanjang jalan di sekitaran perkantoran pusat BRI, Sudirman, Jakarta, semua tenant Pedagang Kaki Lima (PKL) memasang QR-code pada gerobaknya.
Tujuannya, memberi kemudahan kepada pembeli dan pedagang untuk melakukan transaksi, tak perlu repot merogoh kocek dan pedagang pun tak kesulitan mencari uang kembalian.
Pembeli tinggal menginstal aplikasi sejenis uang saku yang kemudian bisa digunakan untuk membayar makanan yang dibeli dengan memindai QR-code yang tersedia di gerobak-gerobak PKL.
Namun, hal itu ternyata dinilai mereka justru menyulitkan. Tak heran, penggunaan QR-code hanya bertahan sebulan saja. Setelah itu, lenyap.
Suasana PKL di belakang BRI Semanggi, Jakarta, Jumat (24/08/2018). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana PKL di belakang BRI Semanggi, Jakarta, Jumat (24/08/2018). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
Saat ditemui kumparan di lokasi, Jumat (24/8), seorang pedagang bubur, Abdul (42) pun membenarkan, pembeli banyak yang memilih bertransaksi tunai. Lagi pula, transaksi QR-code juga sudah sekitar dua bulan lalu tidak lagi berjalan.
ADVERTISEMENT
“Sudah dicopot itu, dulu sih pernah pas awal-awal promo, bulan April apa ya, cuma bertahan sebulan,” terang Abdul kepada kumparan.
Ia mengungkapkan, sistem transaksi nontunai menggunakan QR-code sempat dijalankan dengan kerja sama koperasi setempat.
“Pakai aplikasi JakOne kita, tapi ya karena ribet juga kalau pas lagi ramai, enak langsung bayar tunai udah, nah enggak tahu setelah itu balik lagi ke bayar langsung,” imbuhnya.
Untuk ke depan, dirinya belum mengetahui langkah seperti apa yang bakal diambil pemerintah atau penentu kebijakan terkait transaksi pembayaran nontunai. Pihaknya serta sekitar 60 PKL lainnya di kawasan itu hanya mengikuti prosedur. Ia berharap, ada sosialisasi dan pengarahan yang lebih masif.
“Ya lebih diarahkan saja biar efektif,” harapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara Andi (35), seorang karyawan di kawasan Kantor Pusat BRI mengatakan, pembeli memang lebih memilih transaksi tunai karena dinilai lebih praktis.
“Di sini pakai tunai aja, lebih gampang,” ucapnya.