Dirut BEI Keberatan Jika BI Naikkan Suku Bunga Lagi

30 Mei 2018 11:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut BEI Tito Sulistio (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirut BEI Tito Sulistio (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan tambahan hari ini, Rabu (30/5). Padahal, RDG bulan ini sebenarnya telah dilakukan pada 16-17 Mei dan bulan depan baru akan dilaksanakan pada 27-28 Juni 2018. Beberapa pihak memprediksi, BI akan menaikkan kembali suku bunga acuannya, BI-7 Day Reverse Repo Rate.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menyatakan, secara umum pasar modal tidak setuju jika suku bunga acuan kembali naik. Saat suku bunga acuan BI naik, perbankan akan ikut menaikkan suku bunga kredit.
Saat suku bunga kredit naik, biasanya diikuti penyesuaian suku bunga deposito. Saat suku bunga deposito tinggi, investor akan lebih memilih deposito sebagai instrumen investasinya karena dinilai lebih aman ketimbang pasar modal yang fluktuatif.
“Pasar modal tidak pernah menginginkan bunga naik. Musuh terbesar di pasar modal. Itu kalau tanya egoisme pasar modal. Tidak ada yang expect akan naik,” ungkap Tito di Gedung BEI, Kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (30/5).
Dirut BEI Tito Sulistio. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirut BEI Tito Sulistio. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Selain itu, menurut Tito, jika RDG tambahan memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,75%, Tito mengungkapkan, hal tersebut akan menimbulkan reaksi dari perbankan.
ADVERTISEMENT
Sebab, pada kenaikan suku bunga sebelumnya, perbankan masih menahan untuk tidak turut menaikkan bunga kredit. Sehingga jika suku bunga kembali naik, perbankan menurutnya juga akan ambil langkah.
“Tapi artinya kalau naik maka bunga kredit enggak akan bertahan. Kan bank enggak naikin kemarin, tapi kalau naik sampai 4,75%, bank juga enggak akan tahan dong. Mau lebaran lagi. Ada banyak hal yang harus dilihat,” ujarnya.
Meski demikian, Tito mengatakan, jika BI kembali menaikkan suku bunga maka hal tersebut merupakan langkah BI untuk mengejar ketertinggalan. Sebab, kenaikan sebelumnya dinilai lambat dalam merespons kondisi rupiah.
“Intinya gini kalau naik 0,25% (25 bps) menurut saya itu hanya naik mengejar ketinggalan dampak psikologis ekonomi yang terjadi. Itu psikologis ekonomi lah, behaviour,” tandasnya.
ADVERTISEMENT