Dirut BEI Ungkap Penyebab Terus Merosotnya IHSG

15 Maret 2018 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama BEI Tito Sulistio (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama BEI Tito Sulistio (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pergerakan pasar modal belakangan ini cenderung bergerak di teritori negatif. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan, ada banyak faktor yang membuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah.
ADVERTISEMENT
"Sekarang sudah mau Pilkada, uang pajak sudah mau dikumpulin, Lebaran sudah mau mulai, mulai banyak iklan yuk nabung duit, intinya bank mulai juga narik duit. Ditakutkan bunga naik, ditambah bunga naik di Amerika. Intinya, uncertainty," ujar Tito di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (15/3).
Dia menjelaskan, selain kondisi tersebut, Indonesia juga tengah bersiap menyambut Pemilihan Presiden (Pilpres), menjadi tuan rumah Asian Games serta IMF & World Bank Annual Meeting.
Menurut Tito, ini adalah pertama kalinya Indonesia menghadapi berbagai momen besar dalam satu waktu sekaligus. Sehingga hal tersebut menimbulkan uncertainty alias ketidakpastian pasar mengenai banyak hal.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama BEI Tito Sulistio (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Meski demikian, Tito tetap optimistis karena emiten di pasar modal Indonesia mempunyai fundamental yang baik. Berdasarkan data BEI, dari 84 emiten yang sudah masuk dan menyampaikan laporan keuangan, masing-masing emiten pertumbuhannya tercatat di atas 20%.
ADVERTISEMENT
"Jadi average-nya 22% dan itu sudah 60% market cap (kapitalisasi market). Jadi produknya bagus," ujar Tito.
Selain itu, kata Tito, hal yang dapat mempengaruhi pasar adalah soal persepsi. Untuk itu, para stakeholder juga diminta untuk ikut menciptakan suasana kondusif melalui kebijakan yang mendukung pasar modal agar pergerakan pasar keuangan tidak volatile.
"Lu mau bagus kayak apa (emiten, red), (misalnya) Trump keseleo, jatuh, harga saham turun. Tapi karena produknya bagus, emitennya bagus, jadi (meskipun ada berita jelek, tidak berpengaruh besar), ini persepsi sesaat," ujar Tito.