Dirut Inalum soal Freeport: Jangan Dibawa ke Debat Politik
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, deal bisnis itu memang belum rampung, namun jangan sampai hal tersebut jadi perdebatan di ranah politik.
"Kalau ditanya apakah HoA itu binding (mengikat) atau enggak? Ya semua juga tahu, itu belum final. Masih perlu perjanjian-perjanjian lanjutan. Tapi itu jangan sampai jadi perdebatan politik," katanya dalam acara temu media di Kantor Inalum, di Jakarta, Selasa (17/7).
Dia menambahkan, meski belum final, namun untuk sampai ke HoA perlu proses panjang dan berliku. Hal itu juga merupakan momentum baru, untuk mewujudkan keinginan bangsa Indonesia menguasai tambang emas dan tembaga terbesar di dunia.
"Jadi fokus kita itu ke upaya menguasai saham mayoritas di PTFI, untuk kepentingan Bangsa Indonesia. Kalau saya tanya, mau enggak kita menguasai Freeport. Mungkin kalau saya tanya ke 100 orang, ada 150 orang yang jawab 'mau'," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan itu, Budi menjelaskan 3 tahapan transaksi yang harus dilakukan Inalum, untuk akhirnya bisa menguasai 51 persen saham PTFI.
Pertama, Inalum membeli 100 persen saham PT Rio Tinto Indonesia, dari Rio Tinto Plc. Transaksi senilai USD 3,5 miliar ini, bisa membuat Inalum menguasai 40 persen Participating Interest (PI/hak kelola)) Rio Tinto Indonesia di PTFI.
Kedua, Inalum men-swap saham PTFI dengan mengkonversi 40 persen Participating Interest PT Rio Tinto Indonesia.
Ketiga, Inalum membeli 100 persen saham Indocopper Investama yang memiliki 9,36 persen PTFI.
Mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu menambahkan, sangat terbuka untuk memberi penjelasan, selama menyangkut aspek bisnis dari perjanjian ini. "Kalau terkait politik, dukung mendukung, siapa yang dapat panggung, itu saya enggak urusan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT