Dirut PLN soal Kerugian Rp 18 T: Bukan Riil, Hanya Pembukuan

31 Oktober 2018 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut PLN, Sofyan Basir di kantor PLN pusat. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirut PLN, Sofyan Basir di kantor PLN pusat. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
PT PLN (Persero) mencatatkan kerugian sebesar Rp 18,4 triliun pada kuartal III 2018. Kinerja keuangan PLN mengalami penurunan dibanding kuartal III 2017 yang berhasil meraup laba bersih Rp 3,06 triliun.
ADVERTISEMENT
Terkait hal ini, Direktur Utama PLN Sofyan Basir menyatakan, kerugian tersebut hanya di pembukuan. Secara operasional, PLN mencetak laba sebelum selisih kurs sebesar Rp 9,6 triliun.
Namun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku dan untuk keperluan pelaporan keuangan, pinjaman valas harus diterjemahkan (kurs) ke dalam mata uang rupiah sehingga memunculkan adanya pembukuan rugi selisih kurs yang belum jatuh tempo (unrealised loss) sebesar Rp 17 triliun.
Kerugian dari kurs sebesar Rp 17 triliun ini menggerus laba sebelum selisih kurs sehingga dalam pembukuan PLN tercatat rugi. Sebagian besar pinjaman PLN sebenarnya baru akan jatuh tempo pada 10-30 tahun mendatang.
"Bukan rugi riil, rugi pembukuan. Kan beda rugi usaha sama rugi keuangan. Rugi usaha itu misalnya kita beli 10 lalu juak 8, itu rugi 2. Kalau ini enggak, kita secara usaha, secara operasional kita untung. Oleh karena itu likuiditas kita sangat kuat, enggak ada masalah, sama cashflow kita tidak terganggu," tegas Sofyan Basir saat ditemui di Kompleks Istana, Jakarta, Rabu (31/10).
ADVERTISEMENT
"Rugi pembukuan itu kan ada kita punya utang misalnya utang dolar, hari ini kan enggak dieksekusi utangnya, enggak dilunasi. Kan cuma ada selisih kurs maka kita bukukan kerugian. Kamu punya utang USD 1 juta sekarang bayarnya 20 tahun lagi, waktu dolar naik utang kamu di kurs rupiah akan naik, tapi belum jadi beban, itu bedanya. Jadi enggak perlu panik, jadi (kerugian Rp 18,4 triliun) tidak riil," tegasnya
Ilustrasi listrik (Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi listrik (Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Ia menambahkan, PLN tak berencana menaikkan tarif listrik meski dalam pembukan tercatat ada kerugian Rp 18,4 triliun pada Januari-September 2018. Sebab, secara operasional PLN masih untung.
"Eggak lah, karena operasional kita masih untung. Kan gini, ada kerugian operasional, ada kerugian kurs. Yang tadi pembukuan itu kerugian kurs, karena utang kita USD 10 juta sekarang ini jadi lebih besar kan. Tapi kalau operasional kita untung, cashflow kita kuat," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Sofyan menyatakan bahwa PLN tetap menargetkan laba hingga akhir tahun ini. "Harus laba, kita sekitaran USD 9 juta," tutupnya.