Dirut PLN: Tarif Listrik Tak Naik Sejak 2015

4 Februari 2019 21:37 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sambungan Listrik PLN Foto: Dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
Sambungan Listrik PLN Foto: Dok. PLN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT PLN (Persero) menggelar Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI malam ini, Senin (4/2). Rapat yang sedianya dimulai pada pukul 19:00 WIB, baru dibuka pada pukul 20:00 WIB. Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan hingga saat ini, perusahaan tetap menjaga stabilitas tarif listrik PLN di masyarakat. Menurut dia, perusahaan tidak menaikkan tarif listrik sejak 2015 lalu. "Meskipun PLN adalah korporasi, PLN terus jaga tarif listrik sejak 2015. Kami puasa tarif sudah tiga tahun walaupun batu bara tinggi, dolar tinggi, kami tidak naik," kata dia. Sofyan menjelaskan keputusan ini dijalankan agar industri tetap berjalan. Dia berpendapat bahwa perusahaan sangat memahami pengaruh stabilitas tarif listrik dengan efek ganda pada masyarakat. Dalam data yang dipaparkan Sofyan, secara grafik sejak 2015 hingga 2018, tarif listrik rata-ratanya justru mengalami penurunan. Dia menyebutkan, pada tegangan rendah tahun 2015 sebesar Rp 1.548 per kWh, pada 2016 turun tapi Sofyan tak menyebutkan angka pastinya. Lalu pada 2017 dan 2018 tarifnya Rp 1.467 per kWh.
Sofyan Basyir. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
"Dengan begitu, tarif tegangan rendah rata-rata turun 5 persen," kata Sofyan. Untuk tarif tegangan menengah, pada 2015 tarifnya sebesar Rp 1.219 per kWh. Pada 2016 turun tapi tidak disebutkan detailnya. Pada 2017-2018 tarifnya sebesar Rp 1.115 per kWh atau turun rata-rata 9 persen. Sementara untuk tarif tegangan tinggi, pada 2015 tarifnya sebesar Rp 1.087 per kWh. Pada 2016 turun tapi tidak disebutkan detailnya. Pada 2017-2018 tarifnya sebesar Rp 997 per kWh atau turun rata-rata 8 persen. Sofyan menjelaskan, sejauh ini kata dia, batu bara masih menjadi bahan baku utama pembangkit listrik sebesar 59,91 persen pada realisasi 2018. Sementara untuk bauran energi pada BBM, perusahaan telah menekannya menjadi 5,98 persen. Untuk penggunaan gas sepanjang tahun lalu sebesar 22,25 persen turun dari realisasi 2017 sebesar 23,33 persen. Lalu penggunaan air 6,30 persen dan panas bumi 5,65 persen. "Kami terus berupaya untuk terus menurunkan (bauran energi BBM)," jelasnya.
ADVERTISEMENT