Disrupsi Energi, Penyebab PLN Turunkan Proyeksi Konsumsi Listrik 2019

24 Februari 2019 20:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penyambungan listrik. Foto: Dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penyambungan listrik. Foto: Dok. PLN
ADVERTISEMENT
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menurunkan proyeksi rata-rata konsumsi listrik dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028. Dalam perencanaan 10 tahunan itu, proyeksi konsumsi listrik turun menjadi 6,42 persen.
ADVERTISEMENT
Penurunan target konsumsi listrik ini sebesar 0,44 persen dari proyeksi tahun lalu dalam RUPTL 2018-2027 yang dipatok 6,86 persen. Penurunan target ini juga sudah disetujui Kementerian ESDM.
Direktur PLN Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa, Tenggara Djoko Rahardjo Abumanan, mengatakan penjualan sepanjang 2018 yang tak sesuai target menjadi alasan perusahaan menurunkan proyeksi rata-rata konsumsi listrik tahun ini.
Menurut dia, realisasi penjualan listrik PLN tahun lalu kurang lebih hanya 5 persen dari target 6,86 persen. Sektor rumah tangga menjadi sektor yang mengalami penurunan paling drastis, tapi Djoko enggan membeberkan angkanya.
"Iya jadi 6,4 persen. Turun rendah sekali. Rata-rata 5 persen," kata dia saat dihubungi kumparan, Minggu (24/2).
Penyebab tak tercapainya penjualan listrik rumah tangga karena adanya perubahan gaya hidup manusia dan produksi alat-alat elektronik. Djoko menyebut, semakin canggih dan hematnya tenaga listrik dalam produk eletronik membuat kebutuhan listrik terdisrupsi.
ADVERTISEMENT
Untuk rumah tangga, kata dia, konsumsinya justru tidak terlalu berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, realisasi konsumsi listrik tahun lalu, hanya sektor industri yang tumbuh signifikan di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Indramayu Foto: Antara/Dedhez Anggara
"Yang turun rumah tangga. Ternyata enggak ada hubungannya ekonomi dan listrik karena ada disrupsi yaitu pergerseran pola hidup. Misalnya, HP orang dulu charger-nya besar berat. Sekarang kan simpel. Tinggal colok di dashboard mobil, bisa. Artinya ada pergeseran behavior. Dengan adanya industri elektronik yang menciptakan teknologi, itu pengaruhi konsumsi rumah tangga," papar Djoko.
Berdasarkan data yang diterima kumparan, realisasi pertumbuhan konsumsi listrik 2018 dibandingkan 2017 sebesar 5,14 persen. Rincian untuk sektor industri sebesar 6,45 persen, bisnis 5,96 persen, rumah tangga 3,52 persen, dan lain-lain 6,72 persen.
ADVERTISEMENT
Karena itu, kata Djoko dengan menurunkan harga listrik sebesar Rp 52 per kWh untuk penggunan 900 VA nonsubsidi diharapkan bisa menggenjot konsumsi listrik rumah tangga. Dia berharap rencana pemerintah untuk mengembangkan mobil listrik juga bisa meningkatkan penjualan listrik PLN ke depannya.