Dolar AS Akan Pulang Kampung, Kenapa Dirut BEI Tak Khawatir?

29 Desember 2017 15:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
New York Stock Exchange (NYSE) (Foto:  REUTERS/Lucas Jackson)
zoom-in-whitePerbesar
New York Stock Exchange (NYSE) (Foto: REUTERS/Lucas Jackson)
ADVERTISEMENT
Aturan perpajakan baru yang disahkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, memberi angin segar buat dunia usaha negara itu. Dalam aturan baru tersebut, tarif pajak penghasilan (PPh) badan diturunkan dari 35% ke 21%.
ADVERTISEMENT
Sejak semula, Trump mengasumsikan peningkatan pendapatan perusahaan dari menurunnya beban pajak, akan digunakan korporasi AS untuk investasi. Dengan begitu akan ada lapangan kerja baru, dan perekonomian negara Paman Sam itu pun terdongkrak naik.
Amandemen aturan perpajakan AS ini akan mulai berlaku di awal 2018. Penurunan tarif juga dimaksudkan untuk memberi insentif bagi perusahaan-perusahaan AS, yang punya bisnis besar di luar negeri. Harapannya, mereka bersedia membawa keuntungan tersebut pulang ke kampung halamannya di Amerika Serikat.
Dikutip dari Business Insider, Goldman Sachs mengungkapkan, perusahaan dalam indeks S&P 500 saja, memiliki dana menganggur di luar AS hingga USD 920 miliar. Dari dana sebesar itu, yang diperkirakan akan balik ke AS mencapai USD 250 miliar atau Rp 3.388,4 triliun. Angka itu setara dengan satu setengah kali APBN Indonesia.
ADVERTISEMENT
Goldman menyebut, ada sejumlah pilihan bagi perusahaan untuk menggunakan dana tersebut. Yang pertama adalah reinvestasi ke bisnis inti. Ini kemungkinan jadi pilihan utama, karena mempengaruhi ekspansi bisnis perusahaan.
Ilustrasi Dolar (Foto: REUTERS/Thomas White)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dolar (Foto: REUTERS/Thomas White)
Pilihan lain, yakni membeli kembali (buyback) saham perusahaan. Ini akan menguntungkan harga saham memperluas pasar secara keseluruhan. Buyback adalah cara yang baik untuk mencapai apresiasi pasar, sambil memberi sinyal kepada investor bahwa saham perusahaan selama ini di bawah harga selayaknya (undervalued).
Menanggapi hal ini, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio, mengaku tak terlalu khawatir pulangnya dolar ke AS akan berdampak pada pasar Indonesia. “Korporasi AS itu sudah punya alokasi untuk investasi di setiap negara di luar AS. Itu ada bobotnya kok,” katanya saat ditemui kumparan (kumparan.com) di kantornya, Kamis (28/12).
ADVERTISEMENT
Selain itu menurut Tito, meskipun reformasi perpajakan memberi harapan perbaikan perekonomian AS, namun secara jangka panjang return investasi di Indonesia jauh lebih besar. Atas dasar itu, dia yakin dolar AS tak akan lari dari Indonesia.