Dolar AS Perkasa, Menghantam 6 Mata Uang Negara Lain
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Secara total, dolar AS telah meningkat 5% sejak pertengahan Februari 2018.
Kemenangan ini membuat euro jatuh ke level USD 1,1753. Mata uang Uni Eropa tersebut telah menurun hampir 1,2% terhadap dolar AS dalam sepekan ini, tercatat sebagai penurunan terburuk sejak 2015.
Kemenangan 5 Star Movement di Italia menjadi kabar tidak sedap bagi Uni Eropa. Gabungan partai-partai sayap kanan di Italia ini memang tidak senang dengan sikap liberal Uni Eropa. Italia sendiri menyumbang 15,4% dari PDB Uni Eropa namun tidak memberi dampak positif bagi Negeri Pizza.
ADVERTISEMENT
"Pemerintahan Italia yang anti Uni Eropa di Roma bisa mengguncang kepercayaan investor. Pada titik ini dapat membuat defisit fiskal yang lebih besar," kata Ahli Strategi Keuangan di CMC Markets David Madden.
Selain itu, dolar AS juga menguat 0,2% terhadap yen Jepang menjadi 110,74 yen. Dolar AS juga menguat pada rupiah sebesar 0,73% ke level Rp 14.150. Rupiah melemah dibandingkan hari sebelumnya.
Hal ini didukung oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS bertenor sepuluh tahun AS menjadi 3,06%. Hasil ini menunjukkan prospek ekonomi yang optimistis bagi AS.
Hanya saja, Kepala Ahli Strategi Mata Uang Scotiabank, Shaun Osborne mengatakan, penguatan dolar AS ini hanya bersifat sementara. "Saya melihat kenaikan dolar AS sebagai masalah sementara karena ada kekhawatiran di Eropa, di mana pertumbuhan ekonominya melambat dan munculnya ketidakpastian di sana," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, laporan Citibank menyatakan, penguatan dolar AS ini tak akan bertahan lama. Defisit anggaran AS diproyeksikan bubble hingga lebih dari USD 1 triliun pada 2019 mendatang. Hal ini bisa menurunkan indeks dolar AS di masa datang.